My Soulmate




Kyndaerim, Blog Cerpen: My Soulmate - Hai, aku Nanda, tapi keluargaku sering memanggilku Gadis, entah mengapa, sampai sekarang pun aku tak pernah tahu alasannya, haha..

Hari ini, tepat di tanggal cantik ini. Aku pernah berjanji, akan bertemu dengannya disebuah tempat yang sudah kami sepakati. Dia sudah menganggapku sebagai bagian dari hidupnya. Aku tak ingin kehilangan momen indah ini. Dan aku sangat-sangat merindukannya.

Telah bersiap dari jam 4 sore tadi. Aku memakai atasan berwarna marun, bawahan warna hitam, dengan kerudung berwarna mocca, dan sandal tali teplek berwarna senada dengan kerudung. Semuanya warna favoritku.

Jaket warna hijau botol dengan helm warna biru doraemon, aku siap berangkat. Jam 4 sore lebih 15 menit. Sekitar 1 jam perjalanan menuju tempat itu. Rasanya aku sudah tak sabar. Dengan kecepatan rata-rata 60km/jam, dan pastinya tetap mematuhi rambu-rambu lalu lintas.

Tak banyak pemandangan yang kulihat diperjalanan, hanya rumah-rumah biasa, sedang, bahkan besar. Bukan perkotaan memang. Tapi sudah termasuk ramai dan padat penduduk.

Oiya, aku dan dia sama-sama anak rantau. Sangat jauh dari orang tua. Kalau pulang kampungpun paling 2 tahun sekali. Aku selalu pulang bersama dia, karena memang kami tinggal di kampung yang sama.


Sampailah aku di Pelabuhan Padang Bai (Padang Bai Harbour). Pelabuhan dari Pulau Bali menuju Pulau Lombok. Sekitar 4 jam waktu yang dibutuhkan untuk menyeberang, itu juga paling cepat. Semoga saja aku tidak menunggu terlalu lama.

Aku menanti kedatangannya. Melihat kapal-kapal besar yang sedang dan akan bersandar. Hanya 2 dermaga yang tersedia. Mungkin itu yang membuat sedikit memakan. Belum lagi banyak kapal-kapal feri yang mengantri untuk bersandar. 

Aku menunggu dengan sabar. Lucunya, ada sebanyak ini orang yang akan turun dan naik kapal, tapi tak seorangpun yang kukenal.

Detik demi detik berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 6 sore lebih 15 menit. Mungkin sebentar lagi, batinku. Aku juga tak bisa menghubunginya, karena nomornya tidak aktif, mungkin baterainya habis.

Aku memutuskan untuk berjalan meninggalkan parkiran menuju mushola tak jauh dari parkiran. Aku duduk di tepi tangga mushola. Sambil menunggu waktu maghrib tiba.


Alhamdulillah, selesai sholat, aku lalu kembali ke arah dekat parkir, sambil melihat kedatangannya. Masih 15 menit aku menunggu. Sampai akhirnya, aku mendengar suaranya memanggilku.

“Mbaak..!!” teriaknya.
“Adeek..!!” aku pun melambai padanya.

Dialah Ninda, saudari kembarku. Aku memanggilnya Gendis. Sejak 2012 lalu, kami memutuskan untuk sama-sama merantau ke Indonesia berwaktu bagian tengah. Gendis bekerja sebagai guru, dan aku sebagai customer service disalah satu perusahaan operator terbesar di Indonesia.

“Selamat ulang tahun ya mbak,” seru Gendis.
“Selamat ulang tahun juga dek. Eh, harusnya nanti dong ucapinnya. Ayoklah jalan dulu. Kamu pasti laparkan ? Mbak juga soalnya, hehe,” ajakku.


Banyak obrolan dalam perjalanan, lebih baik dari pada saat pergi tadi. Aku sudah membuat jadwal untuk 2 hari ke depan bersama Gendis. Semoga saja waktunya sempat untuk berkeliling Bali, walaupun hanya bagian selatan saja.

Momen inilah yang paling aku tunggu, begitu juga dengan Gendis. Setiap tahun, kami akan selalu menyempatkan untuk merayakan ulang tahun bersama. Dan tahun ini, giliran Gendis yang datang ke Bali, menyambangiku.

Jika nantinya kami menikah dengan pasangan masing-masing, kami tidak akan menghilangkan tradisi ini. Semoga saja bisa.

Sekali lagi, Selamat ulang tahun yang ke -30 tahun adek. Barakallah buat kita yaa.. Kisscupcupmuach 

*CeritaIniNyataAdanyaDanSedikitSentuhanFiktif



Posting Komentar

0 Komentar