Pengalaman Iduladha di Bali, Banjir Toleransi



idul adha di bali, pengalaman iduk adha di Bali

Pengalaman Iduladha di Bali, Banjir Toleransi - Assalamu'alaikum. Masya Allah, udah masuk bulan Dzulhijjah aja ya. Saatnya menambah pahala berlipat ganda, Insya Allah.. Tapi, dimasa pandemi ini, khususnya di Bali, apa Iduladha tetap diadakan? Apakah ada makna yang berubah dari Iduladha? Dan seperti apa ya pelaksanaan Iduladha di Bali? Yuk kita bahas disini.

Toleransi Umat Beragama

Sudah menjadi hal umum bahwa masyarakat Bali dengan para perantau atau pendatang, sangat menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama. Misalnya pada saat sholat Eid, beberapa pecalang atau petugas keamanan adat Bali, akan menjaga di sekitar lokasi. Menjaga masjid saat sholat Jumat juga sholat tarawih, menjaga kelancaran saat berkurban, dsb. Begitu pun sebaliknya, masyarakat muslim di Bali akan membantu warga Bali jika mereka membutuhkan bantuan.

Kebiasaan yang telah dilakukan bertahun-tahun ini mampu menjaga kerukunan umat beragama di Bali. Kalau kata salah satu tetangga saya yang merupakan orang Bali asli, "Asal jangan diusik, Bali pasti aman. Saling jaga, saling menghormati, dan saling tolong."

toleransi umat saat idul adha di bali
Gubernur Bali menyerahkan seekor sapi kepada warga (Metro Bali)

Tradisi Menyama Braya

Bentuk nyata toleransi dan kerukunan antar umat beragama, sangat terlihat jelas saat perayaan Iduladha di Bali. Umat muslim di kawasan tempat saya tinggal, di Desa Sumerta Kelod, Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali, akan membagikan daging kurban, kepada warga berbagai agama, baik daging sapi maupun kambing.

Hal tersebut seperti sudah menjadi tradisi, untuk berbagi daging ke seluruh warga muslim dan non-muslim yang benar-benar membutuhkan. Sebagai wujud konsep 'Menyama Braya', yang bermakna kerukunan, gotong royong dan persaudaraan. Selain itu, beberapa warga Bali pun ada yang menyumbangkan hewan kurban kepada panitia.

Seperti di Musholla Ar-Rahman, musholla terdekat dari rumah saya, selalu saja ada penyumbang dari warga Bali yang memang tinggal di kawasan musholla tersebut.

Menurut Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), pada Idul Adha tahun lalu, tercatat sebanyak 106 ekor sapi dan 306 ekor kambing yang dikurbankan di berbagai wilayah di Pulau Bali. Jumlah itu dibagi menjadi sekitar 10.000 kantong daging.

Pengalaman Iduladha di Bali

Sempat khawatir karena belum pernah berkurban selain di kampung halaman saya dan suami. Tapi ternyata, nggak sesulit yang kami bayangkan, dan nggak jauh beda juga sama di kampung. Sistemnya juga dengan kupon. Yang lebih enak lagi, karena saya dan suami masing-masing mengikuti pengajian, dan suami juga dapat jatah dari kantornya, jadilah mendapat lebih banyak daging, alhamdulillah. Sebagian di masak gulai, sebagian besar di sate. Berbagilah kami kepada tetangga. Begitupun sebaliknya, jadi saling "ngicip", hehe..

Kurang lebih 7 tahun ini (skip tahun 2014 dan 2016, karena mudik), pengalaman Iduladha di Bali membuat saya mengerti tentang arti toleransi yang sebenarnya. Perjalanan dan pengetahuan luar biasa yang baru kali ini saya dapatkan. Menjadi minoritas, namun tetap saling jaga dan hormat-menghormati atas perbedaan yang ada. Tak lupa juga mengucap syukur kepada Allah atas segala takdirNya. Memang patut dijadikan contoh ya Bali. Semoga selalu aman tentram bersama masyarakat pendatang ya, aamiin..

Makna Iduladha di Tengah Pandemi

Tepat ditanggal 31 Juli 2020 mendatang, umat muslim seluruh dunia akan merayakan hari raya Idul Adha 1441 H. Namun, di tengah pandemi ini, kita akan merayakannya dengan kondisi yang terbatas. Walau begitu, makna dalam Iduladha tidak akan berubah.

Sebenarnya apa saja makna Iduladha ini yaa..
Pertamamakna ketaqwaan dan keikhlasan kita kepada perintah Allah SWT.
Kedua, makna sosial dimana Rasulullah melarang kaum mukmin mendekati orang-orang yang memiliki kelebihan rezeki akan tetapi tidak menunaikan perintah kurban, dan,
Ketigamakna kesejahteraan pe-kurban dapat berbagi kepada umat muslim yang membutuhkan.

Sementara untuk aturan mengenai pelaksanaan kurban, sebelumnya sudah disampaikan oleh gugus tugas Covid-19, menjalankan era normal baru dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, turut prihatin juga ya sama jemaah haji yang belum bisa diberangkatkan tahun ini. Semoga ada kesempatan di tahun depan agar segera bisa menunaikan ibadah haji, aamiin..

Semoga saja sikap toleransi dan saling menghormati ini bisa selalu kita jaga ya. Dan dalam keterbatasan ini, bisa menjadi pelajaran hidup bagi kita untuk tetap bersyukur dan terus berdoa agar wabah ini segera berakhir.

Terima kasih sudah berkunjung. Jika bermanfaat, silakan berbagi ke media sosial. Dan jangan lupa mampir kesini lagi. Sampai jumpaa..

artikel ini diikutsertakan minggu tema komunitas
Indonesian Content Creator

Referensi: era.id, tribun bali, metro bali
Gif: tenor.com


Posting Komentar

16 Komentar

  1. MasyaAllah...
    Seneng yaaa... kerukunan antar umat beragama di sana nyata sekali ❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, Insya Allah aman deh.

      Hapus
  2. Kita hidup berdampingan, kudu banget menjaga toleransi. Toleransi juga perlu digarisbawahi maknanya, toleransi bukan melebur ke dalamnya. Agama lain kita hormati, mereka juga menghormati kita. Duhkan adem kalo gini😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, setuju! Biarpun beda, tapi tetep menghargai satu sdam lain, hehe..

      Hapus
  3. Ikut seneng baca yang bikin hati damai seperti ini. Padahal kalau rukun juga kita kita juga ya yang bahagia. Suka heran sama yang suka bikin keributan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaya.. Miris kalo masih ada yang kayak gitu sih.

      Hapus
  4. saya belum pernah ke bali, mau dong.... kalo kesana jadi tour guidenya ya, hehe. saya liat di bali memang lebih respek sama keanekaragaman budaya dan agama. salut

    BalasHapus
  5. bener banget, sebenernya indonesia itu indah dan sangat tinggi nilai toleransinya, asal tidak saling mengusik atau sengaja membuat percikan pasti perayaan ibadah apapun akan aman damai sentosa

    BalasHapus
  6. Wah, Masya Allah, aku yang ngerasain Idul Adha di tanah rantau yang masih banyak muslimnya aja merasa terharu sama keramahan dan kagum sama tradisi setempat, apalagi ini ya, Mbak.... Terlihat sekali toleransi dan kerukunannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Leil, Terharunya luar biasa.

      Hapus
  7. Aku 2x aku ngerayai fitri di bali. Memang sangat berbeda dan jiwa toleransinya sangat baik di sana. Bahkan para pecalang dan warga sekitar yang bukan beragama islam turun membantu mentertibkan ketika kita sholat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ohya mbak Rina. Seneng ya kalo udah ngumpul pas sholat eid. Terus pas selesai semuanya pada bilang makasih sama pecalangnya, hehe..

      Hapus
  8. Senang ya kak kalau jadi minoritas di daerah yang toleransinya tinggi. Ke Bali liburan aja, jadi nggak tau kalau ternyata seru juga perayaan Idul Adhanya 🤩

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah buanget mbak Dek 😄 memang harus stay dulu sih biar tahu 😅

      Hapus

Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih, sampai jumpa!