Rea adalah seorang guru PAUD. Lokasi sekolahnya juga tak begitu jauh dari rumahnya.
"Bersih-bersih di mulaaaii!!" semangatnya membara, Ia hendak membereskan kamar tidurnya.
"Nah, gitu dong. Masa anak gadis kamarnya berantakan, kamu kan nanti bakal jadi seorang istri, jadi harus rajin," seru sang ibu.
Rea tersenyum malu, "Ya jangan ngeledek gitu dong bu.."
Namun saat membersihkan lemari, Rea menemukan setumpuk surat berwarna pastel, "Eh, ini kan.. Ko aku lupa ya nyimpen beginian disini, haha.." ucapnya pelan.
Malamnya, Rea mencoba chat di grup SD.
"Malam teman's.. Sorry nih ya, ada yang tahu nomor hp Rudi nggak? Hihi.."
Anti sebagai admin grup langsung membalas, "Rea sayang, kalau udah ada nomornya, pasti udah aku masukin grup dong."
"Wah, wah, ada yang kangen niih.." sambung Eza.
"Haha.. Sialan lu Za. Ok deh thank you ya Ti," tutup Rea.
"Yeh, gitu doang Ka. Kangen berat sepertinya ya, hihi.. " ledek Eza.
Mulai malam itu, sebelum Ia tidur, Rea menyempatkan untuk membaca surat-surat tersebut. Ada senyum yang tersirat di wajahnya, kenangan semasa SD yang menimbulkan kerinduan. "Kemana ya dia sekarang?" batinnya penasaran.
Hari ini Rea berencana berkeliling lapangan dengan sepedanya bersama dengan Eza teman SDnya dulu yang tinggalnya juga tak jauh dari rumah Rea.
"Re, nanti malam nonton yok, ada film baru loh," ajak Eza.
"Ayok. Tapi kamu yang traktir ya, haha.. Aku lagi krisis nih," seru Rea.
"Siaap!" jawab Eza setuju.
Sore menjelang.
"Ree.. Reaa.. Ada Eza nih. Masuk dulu Za," seru ibu Rea.
"Makasih tante."
"Loh, cepat banget Za, belum juga jam 6. Maghriban dulu lah," ujar Rea.
"Iya Re, nggak apa-apalah. Sekalian nanti kita sholat di mushola mall," jelas Eza.
"Oh ya iya. Bentar aku ambil jaket."
"Bu, pergi dulu ya. Assalamu'alaikum"
"Pamit tante. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya."
Selesai mereka sholat lalu berjalan menuju bioskop yang ada di lantai atas.
"Rea?" seseorang mengejutkan Rea dari belakang.
Rea mencoba menyatukan pikirannya, mengingat seorang lelaki yang berada di depannya itu, "Rudi! Ya ampun, apa kabar kamu Rud?" tanya Rea.
"Aku baik Re. Kamu juga baik kan. Kamu sama siapa ke sini?"hģťllļj
"Aku sama...", "Eh, Rudii.. Nggak banyak berubah kamu ya. Awet muda," samber Eza yang datang dari toilet.
"Ni orangnya datang," seru Rea.
"Oh, jadi kalian sekarang.."
"Eh, nggak enggak! Dia inikan tetanggaku, satu kampus pula dulu," jelas Rea.
"Oh, aku baru tahu lho," kata Rudi.
"Aku beli tiket dulu ya," ujar Eza.
"Kamu sendirian aja Rud?" tanya Rea lagi.
"Enggak, tadi aku janjian sama Luna, mana dia ya."
Batin Rea tak karuan, berpikir bahwa Rudi sudah mempunyai kekasih.
Terlihat Rudi mengambil hp nya, "Luna, dimana kamu? Jadi nonton nggak?.. Oh gitu, yaudah take care ya."
Rea semakin yakin dengan terkaannya.
"Nggak jadi datang dia. Aku nonton bareng kalian aja nggak apa-apa nih?" tanya Rudi.
"Nggak apa-apalah. Yaudah ayo masuk, teater kita udah di panggil tuh," lanjut Eza.
2 jam berlalu, filmpun selesai.
"Btw, Re, aku minta nomor kamu dong," seru Rudi.
"Ooya boleh, 081234567890."
"Eh, aku balik dulu ya, mau jemput Luna, bye Re, Za.." pamitnya.
"Bye Rud."
"Ayo pulang Re," ajak Eza.
Kejadian di bioskop tadi masih terngiang di kepala Rea, "Ya Allah, kalau memang dia sudah punya kekasih, kenapa Kau harus mempertemukan kami," Rea mencoba tegar.
"Hei! Melamun aja, nggak boleh itu, ntar cemilannya di makan sama aku lho," celetuk Eza sambil mengambil sejumput kacang di toples.
"Ah dasar!"
"Eh, Re, Rudi gimana? Udah hubungi kamu?" tanya Eza.
"Belum, aku juga belum masukin dia ke grup. Kayaknya dia udah punya pacar deh Za," jelas Rea sedikit ragu.
"Memang kenapa kalau gitu?" seru Eza.
"Ya aku mundurlah. Gengsi tau Za," ucap Rea lagi.
"Re.. Re.. Hari gini masih ngomongin gengsi. Ke laut aja sonoo.. Sekarang tuh zaman emansipasi wanita," seru Eza lagi, sedikit serius.
"Tahu ah Za," celetuk Rea, pasrah.
Malamnya, Rea memasukkan Rudi ke grup SD.
"Eh, ini Rudi ya? Kok bisa punya nomornya kamu Re? Aah.. Ada yang baru ketemuan niih.. " seru Anti.
"Halo. Sehat semua kan? Iya kemaren aku sama Rea nggak sengaja ketemu di bioskop," jelas Rudi.
"Benar tuh, kami bertiga jadinya nonton bareng," sambung Eza.
"Lah, jaga nyamuk dong kamu Za, haha.." celetuk Yuli, "Rea mana nih.." celetuknya lagi.
"Aku nyimak aja," ujar Rea.
"Hati-hati ada yang CLBK, hihi.." ujar Eza.
"CMBK dong Za, Cinta Monyet Bersemi Kembali, haha.." celetuk Anti.
Obrolan di grup terus berlanjut. Namun, Rea dan Rudi tak lagi menanggapinya.
Malamnya Rea memasukkan Rudi ke grup SD.
"Eh, ini Rudi ya? Kok bisa punya nomornya kamu Re? Aah.. Ada yang baru ketemuan niih.. " seru Anti.
"Halo. Sehat semua kan? Iya kemaren aku sama Rea nggak sengaja ketemu di bioskop," jelas Rudi.
"Benar tuh, kami bertiga jadinya nonton bareng," sambung Eza.
"Lah, jaga nyamuk dong kamu Za, haha.." celetuk Yuli, "Rea mana nih.." celetuknya lagi.
"Aku nyimak aja," ujar Rea.
"Hati-hati ada yang CLBK, hihi.." ujar Eza.
"CMBK dong Za, Cinta Monyet Bersemi Kembali, haha.." celetuk Anti.
Obrolan di grup terus berlanjut. Namun, Rea dan Rudi tak lagi menanggapinya.
Hp Rea berdering, panggilan Rudi dari WA,.
"Halo Re. Besok kamu ada waktu nggak? Aku mau ajak kamu jalan," kata Rudi di ujung telepon.
Rea berpikir untuk menolak halus ajakkannya, "Jangan Re jangan.. Rudi itu udah punya pacar," batinnya gaduh.. "Duh, sorry ya Rud. Aku nggak bisa.. Hmm.. Aku mau.. Mau bantuin ibu, iya mau bantuin ibu," kata Rea mendadak gagap.
"Ooh.. Ok, kalau gitu besok aku ke rumah kamu ya. Aku akan ajak Luna. Ada yang mau aku omongin sama kamu Re," seru Rudi, yang jelas saja menbuat Rea semakin membencinya.
"Rud! Kamu itu nyadar nggak sih.. Kamu itu udah punya pacar. Nah sekarang malah mau ke rumah aku bareng pacar kamu. Maksud kamu apa?! Mau bikin aku sakit hati atau semacamnya. Gila ya kamu Rud!" Rea seakan tak bisa membendung emosinya.
Rudi jadi bingung, tapi Ia menangkap apa yang Rea maksud, dia cemburu.
Besoknya di hari Ahad, Rea tampak santai membaca buku di ruang tamu. Dan saat mendengar suara ketukkan pintu dari luar, "Iyaa.. Sebentar," jawabnya.
Rea sangat terkejut dengan kehadiran Rudi dan seorang perempuan di sampingnya, "Assalamu'alaikum," salam Rudi.
"Wa'alaikumsalam. Rudi, aku kan udah bilang sama kamu.."
"Tenang Re, sorry. Boleh aku masuk. Please!" pinta Rudi.
Dengan menghela napas panjang, Rea pun mempersilahkan mereka berdua masuk.
"Re, aku mau kenalin kamu sama Luna. Luna ini sempat mengalami kecelakaan waktu kecil, sekitar umur 9 tahun. Wajahnya rusak parah, tapi alhamdulillah, Luna masih diberi kesempatan untuk hidup. Dan, kamu tau penyebab aku pindah sekolah saat kelas 6? Karena aku dan Ayahku harus merawat Luna yang di operasi di Korea. Ayah sengaja mengajakku karena memang sekaligus ingin aku melanjutkan pendidikan disana. Dan kamu tau kalau Luna ini adalah.."
"Rayya.." sambung Rea.
Rudi mengangguk pelan.
Perlahan air mata Rea menetes membasahi pipinya, "Ya ampun Rud, sorry banget ya. Aku udah mikir yang enggak-enggak sama kamu dan Luna," pelukan erat pun mendarat di tubuh mungil Luna.
"Soalnya kamu jadi cantik sekali, aku jadi benar-benar pangling," ujar Rea.
"Iya kak, waktu itu aku malu sama muka aku yang hampir nggak berbentuk lagi, makanya aku bilang sama Ayah dan Mas Rudi untuk mengganti namaku," jelas Luna.
"Jadi, sekarang kamu mau dong kalau aku ajak jalan?" celetuk Rudi.
"Umm.. Untuk sekarang boleh lah. Tapi untuk seterusnya.. Ya boleh juga, hehe.." seru Rea.
Rudi dan Luna pun tampak tertawa.
"Oiya Rud, aku mau kasih tahu kamu sesuatu, bentar ya," Rea beranjak menuju kamarnya.
Lalu Ia datang dan memberikan setumpuk surat yang Rudi tulis untuknya.
"Wah wah wah.. Udah berapa tahun berlalu ya Re.. Haha.. Ternyata tulisanku bagus juga ya," seru Rudi memuji diri sendiri.
"Haha.. Dasar kamu Rud, nggak pernah hilang sifat kepedeannya," celetuk Rea.
"Re, tadi waktu di telpon, kamu sempat bilang aku gila kan?" ujar Rudi.
"Hehe.. Iya Rud sorry. Aku lagi emosi sih itu. Maaf banget.." kata Rea.
"Tapi kamu benar kok Re, aku memang gila.. Aku tergila-gila sama kamu, ahahahaha.." jelas Rudi sedikit gombal.
Tawapun pecah. Tampak kebahagiaan sedang menyelimuti hati mereka.
Hari ini Rea berencana berkeliling lapangan dengan sepedanya bersama dengan Eza teman SDnya dulu yang tinggalnya juga tak jauh dari rumah Rea.
"Re, nanti malam nonton yok, ada film baru loh," ajak Eza.
"Ayok. Tapi kamu yang traktir ya, haha.. Aku lagi krisis nih," seru Rea.
"Siaap!" jawab Eza setuju.
Sore menjelang.
"Ree.. Reaa.. Ada Eza nih. Masuk dulu Za," seru ibu Rea.
"Makasih tante."
"Loh, cepat banget Za, belum juga jam 6. Maghriban dulu lah," ujar Rea.
"Iya Re, nggak apa-apalah. Sekalian nanti kita sholat di mushola mall," jelas Eza.
"Oh ya iya. Bentar aku ambil jaket."
"Bu, pergi dulu ya. Assalamu'alaikum"
"Pamit tante. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya."
Selesai mereka sholat lalu berjalan menuju bioskop yang ada di lantai atas.
"Rea?" seseorang mengejutkan Rea dari belakang.
Rea mencoba menyatukan pikirannya, mengingat seorang lelaki yang berada di depannya itu, "Rudi! Ya ampun, apa kabar kamu Rud?" tanya Rea.
"Aku baik Re. Kamu juga baik kan. Kamu sama siapa ke sini?"hģťllļj
"Aku sama...", "Eh, Rudii.. Nggak banyak berubah kamu ya. Awet muda," samber Eza yang datang dari toilet.
"Ni orangnya datang," seru Rea.
"Oh, jadi kalian sekarang.."
"Eh, nggak enggak! Dia inikan tetanggaku, satu kampus pula dulu," jelas Rea.
"Oh, aku baru tahu lho," kata Rudi.
"Aku beli tiket dulu ya," ujar Eza.
"Kamu sendirian aja Rud?" tanya Rea lagi.
"Enggak, tadi aku janjian sama Luna, mana dia ya."
Batin Rea tak karuan, berpikir bahwa Rudi sudah mempunyai kekasih.
Terlihat Rudi mengambil hp nya, "Luna, dimana kamu? Jadi nonton nggak?.. Oh gitu, yaudah take care ya."
Rea semakin yakin dengan terkaannya.
"Nggak jadi datang dia. Aku nonton bareng kalian aja nggak apa-apa nih?" tanya Rudi.
"Nggak apa-apalah. Yaudah ayo masuk, teater kita udah di panggil tuh," lanjut Eza.
2 jam berlalu, filmpun selesai.
"Btw, Re, aku minta nomor kamu dong," seru Rudi.
"Ooya boleh, 081234567890."
"Eh, aku balik dulu ya, mau jemput Luna, bye Re, Za.." pamitnya.
"Bye Rud."
"Ayo pulang Re," ajak Eza.
Kejadian di bioskop tadi masih terngiang di kepala Rea, "Ya Allah, kalau memang dia sudah punya kekasih, kenapa Kau harus mempertemukan kami," Rea mencoba tegar.
"Hei! Melamun aja, nggak boleh itu, ntar cemilannya di makan sama aku lho," celetuk Eza sambil mengambil sejumput kacang di toples.
"Ah dasar!"
"Eh, Re, Rudi gimana? Udah hubungi kamu?" tanya Eza.
"Belum, aku juga belum masukin dia ke grup. Kayaknya dia udah punya pacar deh Za," jelas Rea sedikit ragu.
"Memang kenapa kalau gitu?" seru Eza.
"Ya aku mundurlah. Gengsi tau Za," ucap Rea lagi.
"Re.. Re.. Hari gini masih ngomongin gengsi. Ke laut aja sonoo.. Sekarang tuh zaman emansipasi wanita," seru Eza lagi, sedikit serius.
"Tahu ah Za," celetuk Rea, pasrah.
Malamnya, Rea memasukkan Rudi ke grup SD.
"Eh, ini Rudi ya? Kok bisa punya nomornya kamu Re? Aah.. Ada yang baru ketemuan niih.. " seru Anti.
"Halo. Sehat semua kan? Iya kemaren aku sama Rea nggak sengaja ketemu di bioskop," jelas Rudi.
"Benar tuh, kami bertiga jadinya nonton bareng," sambung Eza.
"Lah, jaga nyamuk dong kamu Za, haha.." celetuk Yuli, "Rea mana nih.." celetuknya lagi.
"Aku nyimak aja," ujar Rea.
"Hati-hati ada yang CLBK, hihi.." ujar Eza.
"CMBK dong Za, Cinta Monyet Bersemi Kembali, haha.." celetuk Anti.
Obrolan di grup terus berlanjut. Namun, Rea dan Rudi tak lagi menanggapinya.
Malamnya Rea memasukkan Rudi ke grup SD.
"Eh, ini Rudi ya? Kok bisa punya nomornya kamu Re? Aah.. Ada yang baru ketemuan niih.. " seru Anti.
"Halo. Sehat semua kan? Iya kemaren aku sama Rea nggak sengaja ketemu di bioskop," jelas Rudi.
"Benar tuh, kami bertiga jadinya nonton bareng," sambung Eza.
"Lah, jaga nyamuk dong kamu Za, haha.." celetuk Yuli, "Rea mana nih.." celetuknya lagi.
"Aku nyimak aja," ujar Rea.
"Hati-hati ada yang CLBK, hihi.." ujar Eza.
"CMBK dong Za, Cinta Monyet Bersemi Kembali, haha.." celetuk Anti.
Obrolan di grup terus berlanjut. Namun, Rea dan Rudi tak lagi menanggapinya.
Hp Rea berdering, panggilan Rudi dari WA,.
"Halo Re. Besok kamu ada waktu nggak? Aku mau ajak kamu jalan," kata Rudi di ujung telepon.
Rea berpikir untuk menolak halus ajakkannya, "Jangan Re jangan.. Rudi itu udah punya pacar," batinnya gaduh.. "Duh, sorry ya Rud. Aku nggak bisa.. Hmm.. Aku mau.. Mau bantuin ibu, iya mau bantuin ibu," kata Rea mendadak gagap.
"Ooh.. Ok, kalau gitu besok aku ke rumah kamu ya. Aku akan ajak Luna. Ada yang mau aku omongin sama kamu Re," seru Rudi, yang jelas saja menbuat Rea semakin membencinya.
"Rud! Kamu itu nyadar nggak sih.. Kamu itu udah punya pacar. Nah sekarang malah mau ke rumah aku bareng pacar kamu. Maksud kamu apa?! Mau bikin aku sakit hati atau semacamnya. Gila ya kamu Rud!" Rea seakan tak bisa membendung emosinya.
Rudi jadi bingung, tapi Ia menangkap apa yang Rea maksud, dia cemburu.
Besoknya di hari Ahad, Rea tampak santai membaca buku di ruang tamu. Dan saat mendengar suara ketukkan pintu dari luar, "Iyaa.. Sebentar," jawabnya.
Rea sangat terkejut dengan kehadiran Rudi dan seorang perempuan di sampingnya, "Assalamu'alaikum," salam Rudi.
"Wa'alaikumsalam. Rudi, aku kan udah bilang sama kamu.."
"Tenang Re, sorry. Boleh aku masuk. Please!" pinta Rudi.
Dengan menghela napas panjang, Rea pun mempersilahkan mereka berdua masuk.
"Re, aku mau kenalin kamu sama Luna. Luna ini sempat mengalami kecelakaan waktu kecil, sekitar umur 9 tahun. Wajahnya rusak parah, tapi alhamdulillah, Luna masih diberi kesempatan untuk hidup. Dan, kamu tau penyebab aku pindah sekolah saat kelas 6? Karena aku dan Ayahku harus merawat Luna yang di operasi di Korea. Ayah sengaja mengajakku karena memang sekaligus ingin aku melanjutkan pendidikan disana. Dan kamu tau kalau Luna ini adalah.."
"Rayya.." sambung Rea.
Rudi mengangguk pelan.
Perlahan air mata Rea menetes membasahi pipinya, "Ya ampun Rud, sorry banget ya. Aku udah mikir yang enggak-enggak sama kamu dan Luna," pelukan erat pun mendarat di tubuh mungil Luna.
"Soalnya kamu jadi cantik sekali, aku jadi benar-benar pangling," ujar Rea.
"Iya kak, waktu itu aku malu sama muka aku yang hampir nggak berbentuk lagi, makanya aku bilang sama Ayah dan Mas Rudi untuk mengganti namaku," jelas Luna.
"Jadi, sekarang kamu mau dong kalau aku ajak jalan?" celetuk Rudi.
"Umm.. Untuk sekarang boleh lah. Tapi untuk seterusnya.. Ya boleh juga, hehe.." seru Rea.
Rudi dan Luna pun tampak tertawa.
"Oiya Rud, aku mau kasih tahu kamu sesuatu, bentar ya," Rea beranjak menuju kamarnya.
Lalu Ia datang dan memberikan setumpuk surat yang Rudi tulis untuknya.
"Wah wah wah.. Udah berapa tahun berlalu ya Re.. Haha.. Ternyata tulisanku bagus juga ya," seru Rudi memuji diri sendiri.
"Haha.. Dasar kamu Rud, nggak pernah hilang sifat kepedeannya," celetuk Rea.
"Re, tadi waktu di telpon, kamu sempat bilang aku gila kan?" ujar Rudi.
"Hehe.. Iya Rud sorry. Aku lagi emosi sih itu. Maaf banget.." kata Rea.
"Tapi kamu benar kok Re, aku memang gila.. Aku tergila-gila sama kamu, ahahahaha.." jelas Rudi sedikit gombal.
Tawapun pecah. Tampak kebahagiaan sedang menyelimuti hati mereka.
~ S E L E S A I ~
2 Komentar
Cerita yang menarik
BalasHapusTapi sayang, endingnya mudah ditebak oleh pembaca :D
Kayaknya admin tak tega dengan si Rea, jika harus berakhir dengan sedih
Wkwk.. gagal bercerita berarti bang, hash!
HapusHaii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!