Pengalaman Bermain Layang-layang Untuk Pertama Kalinya



Filosofi Layangan

Pengalaman Bermain Layang-layang Untuk Pertama Kalinya

Kuambil buluh sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang

Bermain.. Berlari..
Bermain layang-layang
Berlari kubawa ke tanah lapang
Hatiku riang dan senang

Lirik lagu di atas pasti udah pada tahu ya. Yups! Lagu anak-anak bermain layang-layang ciptaan alm. Pak Kasur ini sangat legend sekalii.. Lagu dengan lirik sederhana namun penuh makna, buat pendengarnya auto pengen bikin dan main layang-layang nggak sih, hehe..

Baca juga: Filosofi Layangan


Layang-layang Itu..

Layang-layang atau layangan, merupakan lembaran berbahan tipis seperti kain, plastik, atau kertas, yang diberi kerangka, dan di ikat dengan tali atau benang, lalu diterbangkan ke udara setinggi-tingginya. Layang-layang memanfaatkan angin sebagai pengangkat, atau pengendalinya.

Buat yang belum tahu, termasuk saya, sejak zaman dulu, layang-layang memiliki banyak fungsi lho, seperti untuk ritual, alat bantu memancing atau menjerat, sebagai alat bantu untuk penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.

Sejarah Layang-layang

Sejarah mencatat bahwa permainan layang-layang berasal dari Cina sekitar 2500 SM. Tetapi, di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, sempat ditemukan penggambaran layang-layang tertua dari lukisan gua periode mesolitik yang disebut Kaghati, sekitar 9000-9500 SM. Adapula layang-layang yang terbuat dari daun kolope atau umbi hutan sebagai layar induk, sementara kulit bambu sebagai bingkai, dan serat nanas hutan sebagai talinya.

Setelah dari Cina, kemudian permainan layang-layang menyebar ke seluruh penjuru wilayah Eropa. Bahkan, Benjamin Franklin sempat menggunakannya untuk mempelajari petir. Untuk tahu lebih banyak seputar sejarah layang-layang, cek selengkapnya disini. Supaya lebih jelas yaa..

Pengalaman Main Layang-layang

Bermain layangan di pantai mertasari bali
Persiapan sebelum layangan siap diterbangkan

Di umur berapa kalian main layang-layang? #SeriusNanya. Kebanyakan pasti jawab sekitar umur 10 tahunan yaa.. Jujur, kalau saya baru kemarin sore berkesempatan main layang-layang, haha.. Bareng suami sama anak. Mainnya di pantai dekat rumah doong, Pantai Mertasari, Denpasar, Bali. Kalau di pantaikan anginnya warbyasak, luas pula tempatnya, dan rame juga yang pada nerbangin layangan.

Pantai mertasari bali, bermain layang-layang
Penampakan langit penuh layangan
Biarpun bukan saya yang nerbangin layangannya, dan saya hanyalah seorang kapiten, eh, seorang pemegang benang saja, tapi sempat sih beberapa kali mengarahkan, haha.. Asyik ya ternyata. Agak berat sih memang, tapi nggak seberat beban hidup sih.

Layangan unik kapal perompak
Layangan unik kapal perompak
Asyiknya tuh pas bagian mengarahkan layangannya. Tarik-ulur talinya sedemikian rupa, supaya layangannya tetap stabil di atas sana. Walau sesekali dia semakin turun, tapi saya kembali berusaha untuk menaikannya, hihi..

Yuhuu.. Sekian dulu cuap-cuapnya. Oiya, disini nggak ada tutorial membuat layangan ya, hehe.. Tapi kalau kumpulan filosofi hidup bermain layangan ada di artikel sebelah. Supaya kamu tahu bahwa bermain layangan nggak sesederhana kelihatannya. Begitupun hidup, kamu harus selalu siap dengan segala sesuatu yang akan terjadi.
Silakan berbagi ke media sosial. Sampai jumpa..

Foto: kyndaerim
Ref: https://s.id/nQ53z


Posting Komentar

8 Komentar

  1. Kalau aku biasanya main layangan di sawah atau di lapangan. Kakakku dan keponakanku kalau lagi musim layangan pasti sibuk bikin layangan. Tapi aku nggak bisa bikin layangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, serunyaa..
      Kalo aku zaman kecil nggak pernah gitu, lagian sodara kebanyakan ciwi-ciwi sih, hehe..
      Memang enaknya tinggal main aja ya mbak, bikinnya repot, haha..

      Hapus
  2. Pertama kali main layang-layang dan langsung ditulis di blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suatu hal yang menggelikan ya? haha..

      Hapus
  3. Wah baru tau tentang sejarah layangan. Jadi pengen main lagi hehe. Terakhir main umur berapa ya dulu? 🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, udah lama buangett ini kayaknya, sampe lupa umur berapa, haha

      Hapus
  4. Saya jadi teringat masa kecil dulu, main layangan dan akhirnya benangnya beradu. Salah satu layangan putus dan kami mengejarnya bersama-sama, padahal kalau diingat-ingat harganya gak seberapa, itu hanya layangan murah yang bisa dibeli di toko, hhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuhkan bener, kalo layangan putus, anak laki-laki memang lebih milih ngejar layangan, mungkin kalian punya kesenangan tersendiri ya, hehe..

      Hapus

Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih, sampai jumpa!