
"Perempuan itu, nggak perlu sekolah tinggi-tinggi. Toh nanti akhirnya juga bergelut di kasur, dapur, dan sumur," begitu pernyataan yang pernah saya dengar dari seorang tetangga bergender laki-laki. Artinya apa? Artinya, dia hanya memandang perempuan sebelah mata, dan berpikiran sempit tentang perempuan.
Saya cukup kesal mendengar pernyataan semacam itu. Karena, sejak zaman Rasulullah, Islam sama sekali tidak pernah melarang perempuan untuk berkarir. Atau bahasan lain yang sering kita dengar bahwa penghuni neraka terbanyak adalah dari kaum perempuan, harus taat suami, dan sebagainya tentang hal yang cenderung memberatkan perempuan. Di mana hadits-hadits tersebut diberi istilah hadits misoginis atau hadits yang secara literatur memandang rendah kaum perempuan.
Lalu, apa sebenarnya hak-hak perempuan dalam Islam?
Kali ini saya akan mencoba mereview buku dengan judul, 60 Hadits Shahih - Khusus Tentang Hak-hak Perempuan Dalam Islam. Penulis Faqihuddin Abdul Kodir. Buku ini memiliki 276 halaman, yang terdiri dari 15 bagian tema pokok.
Mulai dari pembahasan hadits tentang prinsip-prinsip relasi laki-laki dan perempuan, pengakuan atas hak-hak perempuan, larangan memukul perempuan, keterlibatan perempuan dalam bela negara, hingga kesalingan relasi suami-istri.
Seperti apa gaya saya membahas sebuah buku? Hehe.. Yuk, silakan dibaca dengan santai..
Dibuka dengan Prolog yang Menggugah
Pembaca akan disambut dengan prolog dari Drs. Hj. Badriyah Fayumi, yang cukup membuka pikiran saya tentang kesalingan antara laki-laki dan perempuan. Bahwa, Nabi Muhammad SAW, cukup banyak membahas hadits tentang relasi laki-laki dan perempuan. Namun, yang banyak muncul hadits yang bersifat dha'if (lemah) atau maudhu' (palsu). Di mana, banyak yang memaknai superioritas laki-laki atas perempuan. Bahwa laki-laki wajib mendominasi segalanya.
Sebagai seorang perempuan, saya jadi sadar, bahwa kesalingan laki-laki dan perempuan itu perlu, karena memang sudah jelas ternyatakan pada hadits-hadits sejak masa dulu. Sebagaimana terdapat dalam karya fenomenal Abdul Harim Muhammad, Tahrir al-Mar'ah fi 'Ashr ar-Risalah (Pembebasan Perempuan di Masa Rasulullah SAW), yang berisi tentang keshahihan hadits-hadits dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.
Melalui kitab inilah, banyak yang terbuka pikirannya tentang peran perjuangan perempuan shahabiyat pada masa Rasulullah SAW dan tampak berbagai keberpihakan yang nyata terhadap perempuan. Hadits-hadits shahih juga tentunya sangat berkaitan dengan ayat-ayat al-Qur'an yang membahas tentang relasi laki-laki dan perempuan. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan banyak karya muncul untuk mengangkat hadits-hadits shahih yang merangkul para perempuan dengan berbagai pandangan positif.
Kesadaran yang kian muncul semakin menepiskan hadits-hadits lemah yang terlanjur dikenal oleh masyarakat. Mewujudkan kepercayaan bahwa, adanya keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam.
Baca juga: Visi Misi Pernikahan
Memaknai Hadits Populer yang Shahih
Dalam buku ini, terdapat 15 bagian tema kesalingan antara laki-laki dan perempuan. Namun, supaya kamu nggak makin spoiler, maka saya hanya akan membahas beberapa di antaranya saja, lebih tepatnya yang berkaitan dengan hadits-hadits populer yang terlanjur dimaknai sempit oleh masyarakat awam.
Prinsip-prinsip Relasi Laki-laki dan Perempuan
Saya mengambil satu poin dari tema ini. Salah satu prinsip relasi laki-laki dan perempuan adalah, tidak merendahkan orang lain, terlebih pada perempuan. Karena, pada dasarnya, laki-laki tidak seharusnya merendahkan perempuan, begitupun sebaliknya.
Dalam hadits riwayat Muslim (275) Nabi Muhammad SAW menegaskan, "Bahwa orang yang memiliki sebiji rasa sombong kepada orang lain tidak akan pernah masuk surga. Orang sombong, adalah orang yang menolak kebenaran dan merendahkan orang lain."
Melalui hadits ini disimpulkan bahwa, relasi laki-laki dan perempuan untuk bisa berakhlak mulia dan berperangai baik. Sederhananya, laki-laki shalih dan perempuan shalihah.
Pengakuan Atas Hak-hak Perempuan

Memuliakan dan Menghormati Perempuan
Dari bagian ini saya mengambil satu hadits yang cukup membuat gaduh di luaran sana.
Tentang perempuan dilarang muncul di ruang publik. Beberapa bahkan seperti meremehkan profesi yang dilakoni seorang perempuan, sehingga menganggap keberadaannya tidak terlalu penting. Hal ini yang sering kali disalah artikan oleh masyarakat awam. Padahal, Islam mengakui kerja-kerja perempuan di ruang publik, lho.
Abu Hurairah Ra. berkata, "Ada seorang perempuan kulit hitam yang biasa membersihkan masjid. (Suatu hari), Nabi Muhammad SAW mencarinya dan menanyakan kabarnya (karena tidak terlihat) selang beberapa hari. Ketika disampaikan bahwa ia telah meninggal dunia, Nabi Muhammad SAW kaget. 'Mengapa kamu tidak memberitahuku?' Kemudian, Beliau mendatangi kuburannya dan shalat di atasnya." (Sunan Ibn Majah, hadits 1594).
Melalui hadits ini, Nabi Muhammad SAW ingin menyadarkan dan mengajarkan bahwa, apapun profesi perempuan, posisi apapun yang diraihnya selama itu baik dan tidak merugikan siapapun, hormati dan apresiasi atas kerja-kerjanya. Jadi, buang jauh-jauh sikap acuh dan abai terhadap perempuan, karena mereka sangat layak dipuji bahkan digaji.
Protes Perempuan terhadap Kekerasan
Mu'asyarah bil Ma'ruf

Kesimpulan
Penutup

0 Komentar
Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!