Hari Hutan Indonesia: Turun-temurun Kembangkan Adopsi Hutan



Hari Hutan Indonesia: Ayo Bersama-sama Adopsi Hutan

Hari Hutan Indonesia: Turun-temurun Kembangkan Adopsi Hutan - Halo semua. Masih tetap semangat menjalani hari-hari di tengah pandemi ya. Jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan, karena belakangan ini cuaca makin ekstrim. Panas terus, hujan sesekali, kadang malah kolaborasi keduanya. Jadi, jaga imunitas tubuh supaya nggak mudah sakit.

Ngomong-ngomong tentang menjaga-jaga, bukan cuma kesehatan aja nih yang harus dijaga. Ada satu hal penting yang menjadi satu-satunya cara agar bumi ini juga terjaga kesehatannya. Salah satunya adalah menjaga dan melindungi hutan. Kenapa harus hutan? Karena hutan adalah paru-paru dunia. Istilah yang kita kenal sejak dulu, bahwa hutan menjadi sumber dari karbondioksida yang menghasilkan oksigen untuk kita bernapas. Menariknya, 70% paru-paru dunia, ada di Indonesia lho. Tepatnya di Papua. Kereeenn..!

Hutan bukannya tidak boleh ditebang. Tetapi, harus memenuhi syarat-syarat yang berlaku, agar tidak dianggap ilegal. Selain itu, senantiasa mengadakan reboisasi. Tanpa hutan, dunia tidak akan memiliki kehidupan yang berarti.

Hari Hutan Indonesia

Hari Hutan Indonesia yang jatuh di tanggal 7 Agustus 2020 lalu, mengingatkan kita untuk berkomitmen nyata dalam mengawal kelestarian hutan secara bersama-sama. Mengangkat tema "Hutan Kita Juara", menandakan bahwa Indonesia memiliki keindahan, kemegahan dan kekayaan hutan yang luar biasa.

Selain itu, hutan di Indonesia termasuk dalam tiga besar hutan terluas di dunia. Itu sebabnya, kita sebagai warga negara harus berupaya untuk menjaga keanekaragaman hayati dalam hutan dengan mendukung konservasi hutan yang telah dilakukan banyak komunitas pencinta alam.


Melestarikan Hutan Dengan Adopsi Hutan


Apa itu adopsi hutan? Adopsi hutan atau adopsi pohon adalah salah satu cara untuk ikut berkontribusi pada kehidupan alam liar. Memastikan berbagai macam hayati di dalamnya tetap lestari dan terjaga.

Hutan Itu Indonesia, bekerjasama dengan banyak pihak, termasuk dengan Warung Informasi Konservasi (WARSI) dan World Wildlife Fund for Nature (WWF) Indonesia. Mereka telah berhasil mengadopsi ribuan pohon yang tersebar di berbagai kawasan hutan wilayah nusantara.

Setidaknya ada banyak pohon yang hilang setiap tahunnya, karena ulah tangan-tangan jahil manusia. Maka dari itu, gerakan adopsi hutan ini akan banyak membantu melestarikan hutan serta mendukung untuk menciptakan sumber kehidupan bagi masyarakat desa yang tinggal di sekitar kawasan hutan.

Peran Penting Masyarakat Desa

Hutan desa adalah milik negara, maka dari itu, peran masyarakat desa yang tinggal di kawasan hutan tersebut sangat penting untuk membantu menjaga kelestarian hutan. Pengelolaan dan pemanfaatannya telah diberikan kepada lembaga desa setempat. Hal itu bertujuan untuk kesejahteraan desa.

Kebijakan ini sudah dibuat sejak diterbitkannya Permenhut No. 49 Tahun 2008 tentang Hutan Desa yang telah dirubah dengan Permenhut No. 89 Tahun 2014. Hak pengelolaan hutan desa ini sudah diberikan kepada masyarakat desa yang tersebar di 10 Provinsi, 21 Kabupaten, 29 Kecamatan, dan 28 Desa di Indonesia.

Penerapan Adopsi Hutan

Salah satunya adalah Hutan Desa Selat, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Sistem Adopsi Hutan atau Adopsi Pohon sudah sejak lama diterapkan di Hutan Desa ini. Sebab sangat berguna untuk mendorong penanaman pohon secara partisipatif. Sistem ini telah dicanangkan oleh Bupati Buleleng sejak 11 Maret 2016 silam. Hutan Desa akan dikelola secara swadaya oleh masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Desa Selat, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, telah menerima Hak Pengelolaan Hutan Desa seluas kurang lebih 552 hektar. Sementara dalam pelaksanaan pengelolaannya, pihak desa telah membentuk Pecalang Jagawana (petugas hutan) untuk menjaga kelestarian Hutan Desa tersebut.


Adopsi Hutan Desa Selat, Kabupaten Buleleng, Bali

Potensi alam dan budaya yang dimiliki desa ini, sangat mendukung untuk dijadikan tempat wisata yang berwawasan lingkungan (ekowisata). Kegiatan yang biasa dilakukan oleh warga setempat, tentu saja akan menjadi hal yang menarik bagi wisatawan yang berkunjung, khususnya warga asing yang memiliki budaya yang berbeda.

Hutan Desa Selat terkenal memiliki udara yang sejuk. Bahkan sesekali diselimuti kabut. Memiliki air terjun yang ciamik, dan dari ketinggiannya dapat melihat pemandangan laut yang sangat indah. Seperti halnya Kebun Raya Bali, pemerintah setempat akan mencanangkan pembangunan Hutan Raya pada Hutan Desa Selat, sebagai daya tarik dan merupakan sumber pemasukan bagi desa tersebut.

Harapan Dimasa Datang

Dalam setiap rencana, pasti selalu ada hal-hal yang ingin dicapai dimasa datang. Maka dari itu, sangat diharapkan pelaksanaan Adopsi Hutan ini akan terus berlanjut secara turun temurun. Tidak hanya kepada generasi masyarakat sekitar kawasan Hutan Desa, namun juga masyarakat di luar Desa Selat. Agar senantiasa menjaga keindahan, kelestarian, kemegahan, dan kekayaan Hutan Desa, serta tetap menunjung tinggi nilai-nilai budaya yang telah ada.

Selamat Hari Hutan Indonesia. Hutan Kita Juara!



Ref:

~ https://hutanitu.id/
https://www.youtube.com/watch?v=7zK3I9sQxgQ
https://www.menlhk.go.id/site/single_post/72
Foto:
~ http://selat-buleleng.desa.id
Gif:
~ https://tenor.com


Posting Komentar

25 Komentar

  1. Ya ampun saya ketinggalan berita. Baru tahu kalau ada hari hutan indonesia. Semoga aja hutan indonesia tetap terjaga dan nggak ada penebangan pohon secara liar lagi. Dan semoga program penerapan adopsi hutan ini nggak hanya menjangkau bali tapi juga pulau-pulau lain. Jangan sampai predikat hutan indonesia sebagai paru-paru dunia menghilang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Iya mbak bener. Supaya bumi juga nggak sakit-sakit lagi karena ulah para penghuninya.

      Hapus
  2. Hutan memang harus dipelihara ya. Bagaimana pun juga hutan adalah paru-paru bumi kita. Good luck lombanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul betul.. Karena hutan adalah nafas kita :D

      Terima kasih kak Vita, salam kenal..

      Hapus
  3. Kalo ngomongin hutan, saya tuh ngeri-ngeri kalo udah masuk bulan kemarau. Sumatera langganan banget sama karhutla. Akhir-akhir ini udah mulai sibuk helikopter yang bawa wadah air gede gitu (apalah gitu nyebutnya lupa).

    Semoga hutan selalu kita jaga ya mbak :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heli Water Bombing, habis googling akutuh, hehe..

      Karhutla memang meresahkan, dampaknya bukan hanya sekitar, tapi juga sampai negara tetangga.

      Aamiin.. Semoga ya kak Res :)

      Hapus
    2. Iya mbak. Aku sempat khawatir bgt pas juni itu, karena covid di sini makin tinggi eh kalimantan jg langganan hutan. Gejalanya Dr sesak nafas ini kan hampir sama kek kena covid yaaa.

      Semoga tulisan para bloger, gerakan dan seremoni ini bnyk memberi manfaat pada pelestarian hutan.

      Hapus
  4. Wah kebetulan di desa saya emang banyak hutan-hutannya. Dan kebetulan juga pada beberapa bulan ke depan akan dijadikan hutan wisata kecil-kecilan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, semoga segera terealisasi ya hutan desanya. Supaya bisa bantu ekonomi warga setempat jugakan :D

      Hapus
  5. Hutan indonesia banyak yang indah dan cantik, sayang jika terus ditebang untuk pembukaan lahan industri. Dg adanya adopsi hutan, tentu ada pihak yang menjaga kelestarian hutan dari tindakan2 industri tsb. Selamat hari hutan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya boleh sih nebang hutan untuk keperluan industri, asalkan bukan ilegal dan sesuai syarat. Dan mengganti dengan pohon baru. Jadi, tebang 1 tumbuh 1000 :D

      Hidup hutan Indonesia!

      Hapus
  6. Good Luck buat kita yaa mbaa. Seneng banget bisa ikutan menyebar kebaikan untuk peduli hutan seperti inii.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Aamiin.. Semoga apa yg kita sebar bermanfaat buat orang banyak ya mbak :D

      Hapus
  7. Aku belum pernah 'nok ke Hutan Desa Selat ini. Jadi kepengen, tapi dibolehin masuk gak sama pecalangnya?
    Inisiatif pemerintah Bali tapi sudah ok, bekerja sama dengan WWF dan WARSI. Semoga pemerintah daerah lain bisa mempunyai inisiatif yang sama ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti boleh dong teh, asalkan nggak bikin onar aja, hehe..
      Aku juga belum pernah kesana kok, sempet lewat aja sih, hehe. Tapi memang beneran adem tempatnya :D

      Semoga semoga banyak yang sadar untuk jaga hutan, aamiin..

      Hapus
  8. Di sini juga hutannya lebih banyak dikelola desa mbak. Lebih banyak dipakai buat wisata. Tapi emang lebih bagus sih daripada gak ada yang ngelola

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus dong ya. Memang mending di manfaatin jadi wisata sih, habis itu nambah pemasukan desa jugakan.

      Hapus
  9. Wah, walaupun beberapa kali pernah baca soal BUMDes, tapi aku baru tahu ada konsep hutan desa, ya. Semoga dengan demikian pengelolaannya juga bisa menjadi semakin baik, ya, dan bisa memberi manfaat juga untuk warga desa tanpa harus menjadi rusak hutannya karena ulah manusia.

    BalasHapus
  10. Iya mbak Leila. Sistemnya bagus nih buat ngembangin hutan desa jadi wisata. Supaya ada kesadaran juga dari warga sekitar dan menambah penghasilan warga.

    BalasHapus
  11. penting banget emang adopsi hutan, kita pun juga pasti seneng kalo di lingkungan banyak pohon, minimal ada taman kota. keren nih gerakan adopsi hutan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mbak, di rumah juga bisa bikin taman kecil-kecilan, suasana jadi adem, dan bikin betah :D

      Hapus
  12. Masya Allah baca artikel ini aku jadi seperti dapat kuliah khusus, banyak banget ilmu yg aku dapat disini , dan bener baru tahu hari hutan itu tgl 7 Agustus kemarin ya... makasih mba untuk ilmu nya


    BalasHapus
    Balasan
    1. haha.. mbak Arri bisa aja. Sama-sama mbak :D

      Hapus
  13. keren ya desa di Bali ini kompak merawat hutan bersama-sama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, orang-orang Bali memang sangat menjaga hutan mereka, semoga kita semua juga yaa :D

      Hapus

Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih, sampai jumpa!