Cerbung: Raihan & Hana (Part I)




Cerbung: Raihan & Hana (Part I)

Namaku Hana. Aku anak tunggal yang tinggal bersama Ayah. Tahun ini adalah tahun terakhirku berkuliah. Saat dimana aku harus berjuang sampai titik darah penghabisan. Mempertaruhkan masa depan.

Hari ini giliran Lani yang akan maju ke meja hijau alias sidang skripsi. Lani itu cantik, tapi agak lemot. Kalau ngomong suka nggak nyambung. Tapi di sidang ini dia berhasil serius dan dapat nilai bagus dari para penguji. Salut banget deh Lan...

"Wow!! Congrats Lani..." ungkap Siska dan disusul kami berdua memeluknya bergantian.

"Makasiih... Nggak nyangka ya ternyata biarpun aku lemot tapi bisa lulus sidang, yeey!!" ujar Lani polos dan mengakui kelemotannya itu.

Sepulang kuliah, kami bertiga merayakan kelancaran sidang Lani. Kami mampir ke salah satu restoran Italia langganan kami. Banyak menu yang bisa dipilih dan yang penting nggak nguras kantong. Karena yang dikuras itu cuma sumur atau bak mandi.

"Lani, kamu jadi sewa kebaya sama kakakku?" tanya Siska.

"Jadilah Sis. Sama couple-annya ya. Biar kompak gitu sama Dito, hehe..." jawab Lani yang hendak memakai warna senada dengan sang pacar saat wisuda nanti.

"Eh iya lho, aku juga mikirnya gitu. Kan lucu ya bisa kompakan sama pacar," sambung Siska girang.

Sementara aku yang single ini hanya mendengarkan celotehan - celotehan mereka.

Siska lalu melihat tingkahku yang sedang memutar-mutar sedotan dalam jus jerukku, dan mengkode lirik Lani.

Baca juga Cerbung: 11 Januari

"Hana, tuh sedotan lama-lama bisa pusing lho karena kamu puter terus," celetuk Siska meledekku.

"Memangnya bisa ya sedotan pusing Sis? Kok aku baru tau ya. Kasian juga ya dia," ungkap polos Lani, Siska pun hanya meliriknya.

"Eh, Han, udah siap buat sidang besok?" tanya Siska.

Aku mengangguk pasti.

Di samping Siska, Lani tengah asik memutar-mutar sedotan miliknya, "Malah kita berdua lho yang pusing liat kamu Lan. Yuk ah balik," ungkap Siska dan kemudian mengajak pulang.

***
Pagi ini pukul 9. Dag dig dug rasanya sebelum maju ke meja hijau. Aku dan 4 mahasiswa lain yang hendak sidang, sedang menunggu dikursi panjang depan ruang sidang.

Lani dan 5 teman lainnya, terlebih dulu masuk ke ruang sidang, mereka berlima adalah yang kemarin mengikuti sidang. Namun kali ini mereka akan menjadi penonton, bukan bayaran ya, kayak penonton alay yang ada di acara musik gitu. Nantinya mereka dapat bertanya kepada peserta tentang apapun yang berkaitan dengan materi yang dijelaskan peserta sidang.

Dari jauh terlihat 4 dosen pembimbing berjalan bersama dan akan memasuki ruang sidang. Layaknya boysband yang akan perform. Terlihat 1 dosen pria yang tampak asing. "Eh, dosen baru ya itu? Ganteng banget..." 2 orang disebelahku mulai rumpi. Masa bodoh, yang penting sidangku ini harus berjalan lancar, batinku.

"Rihana Gadis Mulia" namaku telah dipanggil, itu tandanya aku adalah orang pertama yang di uji. Ambil napas panjang, berdoa lalu masuk ruangan. Dibarisan penonton aku melihat Siska, "Lah kenapa ada dia disini? Gilirannya kan baru besok," batinku bertanya-tanya heran.

Diruangan ini, waktu berjalan terasa sangat lambat. Dan aku pun selesai membahas materi skripsi ini. Sekarang saatnya pembimbing dan penonton dapat bertanya. Lagi-lagi helaan napas kehembuskan panjang.

Siska dengan sangat PDnya mengacungkan tangan dan bertanya, "Saya mau tanya ke salah satu penguji. Bapak dosen baru ya? Soalnya saya baru kali ini liat bapak," Ya Tuhan Siskaaa... Pertanyaan macam apa itu. Sama sekali nggak ada hubungannya sama materi aku. 3 dosen lain lalu senyum-senyum mendengar pertanyaan Siska yang nyeleneh itu.

"Maaf sebelumnya, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Raihan, saya hanya sementara menggantikan Pak Ilham, karena beliau sedang berhalangan hadir. Ada lagi yang ingin ditanyakan?" jelas pembimbing pengganti itu.

"Cukup Pak,  makasih," ucap Siska, matanya seakan tak berkedip melihat pria itu.

Dua jam berlalu. Sidang skripsi ku lalui dengan penuh aneka rasa.

"Hanaa... Selamat yaa... Udah kelar deh dag dig dugnya kita," sambut bahagia Lani lalu memelukku.

"Aku malah gagal fokus sama Pak Raihan tau... Ya ampun... Ganteng banget. Han, kamu harus cari tau tentang dia. Siapa tau kalian jodoh. Dari nama aja hampir sama. Pas banget kan..." celoteh Siska panjang lebar.

"Lah, aku ini ikut sidang untuk bisa lulus, bukannya cari jodoh," kataku seolah menepis.

Baca juga Cerpen: Teman Lama

Lirik senyum tajam Siska, "Eee... Ada yang sok cuek niih..." sambungnya dengan menggodaku.

Lani ikut senyum-senyum, tapi sebenarnya Ia tak tau apa yang kami bahas, "Kalian itu ngomongin apa sih? Hmm... Ooh... Bapak yang tadi nguji itu ya, haha... Iya iya bener ganteng banget," aku dan Siska saling lirik.

"Lanii... Lani... Jadi laper aku tu liat kamu. Yuk ah kita cari makan," ajak Siska, aku pun tertawa kecil melihat tingkah Lani.

***
Siska memang dikenal pemberani dan sedikit malu-maluin dari aku dan Lani. Tapi dia juga super sabar dan selalu ngingetin aku dan Lani kalau-kalau lupa sesuatu. Besok adalah gilirannya menuju sidang. Dan lagi-lagi Pak Ilham digantikan sementara oleh Pak Raihan. Namun Pak Raihan belum terlihat diruang sidang. Sementara yang lainnya sudah berkumpul.

"Duuh... Telat deh ini," kataku sambil berlari dilorong menuju ruang sidang, namun seolah terlalu buru-buru, aku menabrak seseorang.

"Aduh... Maaf - maaf, nggak sengaja," ucapku kemudian berdiri dan membereskan diri dan kudengar suara berat dihadapanku.

"Aku juga minta maaf. Kamu Rihana yang ikut sidang kemarin kan?" ujar lelaki tinggi itu, yang ternyata adalah Pak Raihan.

"Eh, Pak Raihan, iya pak. Bapak mau menguji lagi?" tanyaku sedikit gugup.

"Iya, kamu mau kesana juga kan? Ayo bareng," ajaknya.

Aku pun mengiyakan ajakannya, dengan sedikit berlari kamipun menuju ruang sidang.

Didepan ruang sidang, Siska dan 4 teman lainnya terkejut melihat aku dan Pak Raihan datang bersamaan.

Siska melihatku sambil senyum-senyum curiga. Namun karena terburu-buru, aku dan Pak Raihan langsung masuk ruangan.

Saat kami berdua masuk dalam ruangan, sontak semua terkejut. Namun sebuah teriakan hanya terdengar dari Lani, "Cieee..." karena tak ada yang mengikutinya, Lani lalu tertunduk, duduk dan nyengir-nyengir mirip kuda.

2 jam berlalu, sidang skripsi pun selesai. Keempat dosen penguji segera meninggalkan ruangan.

Siska yang menjadi peserta sidang terakhir, langsung datang menghampiriku, kemudian menarik tanganku dan berjalan menuju Pak Raihan, "Pak Raihan, besok ada acara nggak? Ada yang mau diajak pergi nih," tanya Siska sembari menunjukku.

"Eh, nggak - nggak Pak, jangan didengerin. Ada - ada aja nih Siska," ucapku yang menepis pernyataan Siska tadi.

Pak Raihan lalu tersenyum melihat tingkah kami, "Saya duluan ya," pamitnya.

Kamipun mengangguk tersenyum.

"Iiihhh... Buat malu aja kamu tuh," ungkapku kesal.

***

Bersambung...

Cerbung: Raihan & Hana (Part I)



Posting Komentar

1 Komentar

  1. Aku suka ke konsistensi kamu nih kak, yuk jadiin buku fisik yuk bisa yuk. Semangat!!!

    BalasHapus

Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih, sampai jumpa!