Assalamu'alaikum. Gimana nih puasanya di Ramadhan kemarin? Semoga full puasa dan ibadahnya yaa, aamiin.. Dan sekarang udah masuk lebaran nih, walau mungkin beberapadari kita nggak bisa kumpul bareng keluaarga (kayak saya, hehe) tapi tetep bisa menikmati lebaran dong yaa.. Karena kan masih bisa mudik virual dan sungkeman virtual, hihi..
Lagian juga masih ada teman dan sahabat perantau jugakan. Jadi bisa ngumpul dan silaturahmi ke mereka. Sepertiyang saya lakukan sama keluarga kecil saya, dua tahun lebaran ini ya ngumpulnya bareng anak rantau yang nggak pada mudik. Jadi habis shalat Ied, langsung telepon keluarga di Medan, terus lanjut keliling ke teman-teman.
Ada banyak menu juga yang kami cicipi. Karena lebaran itukan identik sama ketupat atau lontong plus lauk pauknya yang menggugah selera, kayak opor ayam, sambal goreng kentang ati, ayam goreng, sate dan baso juga ada lhoo. Ya jadinya habis puasa kemaren udah turun sekilo, eh pas lebaran naik dua kilo, wkwk.. Siapa juga nih yang begini..
Taapii.. Momen lebaran bukan hanya sekadar berkumpul atau makan enak ya. Karena zaman Rasulullah dulu, terdapat kisah syahdu yang cukup bisa mengetuk hati kita untuk menata ulang kembali apa sebenarnya makna Idul Fitri.
Dikutip, dikembangkan dan diceritakan kembali dari kitab Shahih Bukhari:
Hari raya memang sudah sepantasnya menjadi momen berkumpul bersama sanak saudara sahabat, dan teman-teman sejawat. Namun kala itu, mata cinta Rasulullah terlihat murung, karena melihat seorang anak perempuan yang menangis, pakaian yang dikenakannya terlihat kusam, wajahnya terpancar rona kesedihan. Maka Rasulullah pun mendekatinya, sembari menanyakan sebab kesedihannya.
Ternyata, dia adalah seorang anak yatim, yang ayahnya mati syahid karena berperang membela agama Allah. Lantas, Rasulullah berkata dengan penuh kasih, "Maukah engkau agar Nabi Muhammad menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, dan Fatimah menjadi saudaramu?"
Seketika mendung kala itupun sirna saat anak perempuan tersebut mendengar tawaran indah itu. Maka Rasulullah membawanya pulang, memberinya makanan dan pakaian terbaik. Setelahnya, anak perempuan itupun terlihat bahagia di hari raya, dan bermain dengan ceria membaur bersamaanak-anak lainnya.
Teman-teman sebayanya pun terheran-heran tatkala melihat perubahan anak perempuan tersebut. Dari sedih menjadi ceria, dari lapar menjadi kenyang, dari kusam menjadi cemerlang.
Anak perempuan tersebut dengan senang menceritakan apa yang telah dia alami saat itu, "Bagaimana aku tidak senang, kalau Rasulullah menjadi ayahku, Aisyah menjadi ibuku, dan Fatimah menjadi saudaraku."
Lalu, apa yang bisa kita petik dari cerita di atas?
Cobalah membayangkan sesuatu yang indah, tentang sebuah kesucian hati yang kita dapatkan selama Ramadhan. Sudah sebanyak apa kita berbuat baik, melakukan amal shaleh, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah.
Sudah sepantasnya kita sebagai manusia yang berakal dan berakhlak mulia, dengan ikhlas membantu sesama hamba Allah. Setidaknya menyelamatkan sedikit kesusahan mereka. Jika sama sekali hati nurani kita tidak terpikirkan hal-hal baik tersebut, maka merugilah orang-orang yang Ramadhannya gagal dalam menyucikan diri dan kembali fitrah.
Harusnya semua kaum muslimin bisa bahagia saat merayakan hari raya yang penuh rasa syukur ini. Karena, Islam menyebut hari raya Idul Fitri sebagai tujuan yang mulia untuk membantu sesama. Begitulah makna Idul Fitri yang sesungguhnya.
Bersyukur karena kita bisa menjalani hari raya yang penuh dengan kedekatan bersama orang-orang terkasih. Mampu berbagi kepada sesama yang mengalami kesusahan. Sebagaimana kisah Rasulullah terhadap anak perempuan di atas.
Maka dari itu, berbagilah walau sedikit yang kita berikan, agar kebahagian yang ada bisa kita rasakan bersama. Jika tidak dalam bentuk harta, sampaikanlah melalui doa-doa teramat baik. Maka Allah akan melihat itu sebagai bagian dari kesucian diri. Belajar untuk bisa menggugah hati menjalani kebajikan, dan teramat ikhlas ketika mengerjakannya
Semoga kita adalah termasuk orang-orang yang mampu berbagi harta dan doa-doa yang terucap ikhlas, dan tertuju pada keridhaan Allah SWT, aamiin ya robbal'alamiin..
Taqabbalallahu minkum minna wa minkum taqabbal yaa kariim..
2 Komentar
Shaum sih alhamdulillah udah full tapi ibadah masih belum maksimal, semoga masih bisa ketemu Ramadan tahun depan.
BalasHapusSelamat lebaran juga, maaf2 kalau ada salah2 komen. Taqabbalallahu minna wa minkum.
Alhamdulillaah puasa full (cuma mines pas lagi halangan, hehe). Taqabbalallaahu minna wa minkum juga ya Mbak. Btw postingannya ini jadi reminder juga buat saya.
BalasHapusHaii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!