Hi! Aku Alya.
Gadis imut nan mungil yang baik hati, tidak sombong, suka menolong serta rajin menabung
Sedang duduk termenung diteras rumahku.
Dan dihadapanku telah terbuka laptop-ku sedari tadi.
Jujur nih yaa, jujuuurr banget dari hatiku yang paling dalam
Sebenernya aku tuh nggak tahu mau nulis apaan.
Padahal jari-jari lentikku ini telah siap untuk mengetik.
#ohyaaa
Sampai disaat seseorang datang dengan motor maticnya bermerk "m*o soul" tepat didepan rumahku.
Aku sempat mengira dia itu tukang pos.
Tapi..
Setelah dia membuka helmnya, ternyata..
Dia memang tukang pos..
Eh, bukan, bukan..
“OMG, ada apa gerangan dia datang kerumahku dengan membawa benda berwujud kertas itu?”
Kan udah dibilang, dia itu tukang pos #abaikan
“Hai Al, apa kabar?” sapanya.
Aku masih sedikit nggak percaya kalau sosok tampan itu memang benar dia.
Tak lama kemudian, aku menyambut sapaannya dan segera bertanya.
“Aku baik. Kamu gimana?” tanyaku pada Harris, dan lalu menyuruhnya duduk.
Aku terus melirik pada benda yang dibawanya itu, menaruh curiga.
“Aku baik. Al, aku mau anter ini,” diberikannya lah benda asing itu padaku.
Aku pun segera mengambil dan membaca sampulnya.
“What?! Undangan pernikahan?! Ada foto dia bersama seorang wanita?! Aku pun berlari keliling lapangan sambil berteriak “Tidaaaaakkkk..!! ” khayalku menggema.
Seakan-akan tak tahu begitu campur aduknya perasaanku ini , lalu dia berucap,
“Datang ya Al.”
Dengan tatapan matanya yang khas dan binar-binar yang menghiasnya, seakan sangat mengharapkan kehadiranku dipernikahannya.
Itu sih menurutku.
Dan dengan santai, namun terasa remuk hati, aku pun menjawab,
“Iya. Aku akan datang. Makasih ya..”
Sambil mengangguk tersenyum dan lalu berjalan menuju motornya
“Aku pamit ya Al.”
“Iya, hati-hati, titip salam sama Amel,” pesanku terpaksa.
Sesaat sebelum melaju bersama motor kenangan itu, Ia pun mengingatkanku lagi.
“Jangan lupa Al, datang ya.”
Aku pun mengangguk dan tersenyum teramat manis.
“Udah ah. Cepetan kamu pergi dari pandanganku. Aku gak mau liat kamu lagi,” batinku kesal.
Seketika setelah Ia menghilang dari pandanganku, pikiranku pun seakan penuh dengan kata-kata puitis
Sejenak..
Aku ingin mengingatmu kembali
Mengenang kebersamaan kita
Tadinya..
Kamulah yang kuharap ada disampingku setiap pagi datang
Dan adalah orang yang pertama kali menyapa pagi itu
Waktu..
Mungkin aku terlalu menunggu
Terlalu berharap pada ketidakpastian
Awalnya..
Hati ini memang utuh
Hampir sempurna
Namun kini..
Semua itu hanyalah kekosongan
Kehampaan yang memenuhi sebuah ruang tanpa harapan
Ikhlas..
Itu yang harus aku lakukan
Agar hati ini bisa terbiasa tanpamu
Terima kasih untukmu..
Yang pernah mengisi hatiku
Terima kasih masa lalu..
Tanpamu, aku tak akan pernah merasa adanya harapan
Dan terakhirku berterima kasih..
Karna kegalauan ini telah terjawab
Terjawab dengan kekecewaan yang mau tak mau harus kuhadapi
Yaa..
Itu lah beberapa kata yang telah kurangkai menjadi berbait-bait puisi yang cukup melegakan perasaanku saat ini.
*shut down my lappy
Gadis imut nan mungil yang baik hati, tidak sombong, suka menolong serta rajin menabung
Sedang duduk termenung diteras rumahku.
Dan dihadapanku telah terbuka laptop-ku sedari tadi.
Jujur nih yaa, jujuuurr banget dari hatiku yang paling dalam
Sebenernya aku tuh nggak tahu mau nulis apaan.
Padahal jari-jari lentikku ini telah siap untuk mengetik.
#ohyaaa
Sampai disaat seseorang datang dengan motor maticnya bermerk "m*o soul" tepat didepan rumahku.
Aku sempat mengira dia itu tukang pos.
Tapi..
Setelah dia membuka helmnya, ternyata..
Dia memang tukang pos..
Eh, bukan, bukan..
“OMG, ada apa gerangan dia datang kerumahku dengan membawa benda berwujud kertas itu?”
Kan udah dibilang, dia itu tukang pos #abaikan
“Hai Al, apa kabar?” sapanya.
Aku masih sedikit nggak percaya kalau sosok tampan itu memang benar dia.
Tak lama kemudian, aku menyambut sapaannya dan segera bertanya.
“Aku baik. Kamu gimana?” tanyaku pada Harris, dan lalu menyuruhnya duduk.
Aku terus melirik pada benda yang dibawanya itu, menaruh curiga.
“Aku baik. Al, aku mau anter ini,” diberikannya lah benda asing itu padaku.
Aku pun segera mengambil dan membaca sampulnya.
“What?! Undangan pernikahan?! Ada foto dia bersama seorang wanita?! Aku pun berlari keliling lapangan sambil berteriak “Tidaaaaakkkk..!! ” khayalku menggema.
Seakan-akan tak tahu begitu campur aduknya perasaanku ini , lalu dia berucap,
“Datang ya Al.”
Dengan tatapan matanya yang khas dan binar-binar yang menghiasnya, seakan sangat mengharapkan kehadiranku dipernikahannya.
Itu sih menurutku.
Dan dengan santai, namun terasa remuk hati, aku pun menjawab,
“Iya. Aku akan datang. Makasih ya..”
Sambil mengangguk tersenyum dan lalu berjalan menuju motornya
“Aku pamit ya Al.”
“Iya, hati-hati, titip salam sama Amel,” pesanku terpaksa.
Sesaat sebelum melaju bersama motor kenangan itu, Ia pun mengingatkanku lagi.
“Jangan lupa Al, datang ya.”
Aku pun mengangguk dan tersenyum teramat manis.
“Udah ah. Cepetan kamu pergi dari pandanganku. Aku gak mau liat kamu lagi,” batinku kesal.
Seketika setelah Ia menghilang dari pandanganku, pikiranku pun seakan penuh dengan kata-kata puitis
Sejenak..
Aku ingin mengingatmu kembali
Mengenang kebersamaan kita
Tadinya..
Kamulah yang kuharap ada disampingku setiap pagi datang
Dan adalah orang yang pertama kali menyapa pagi itu
Waktu..
Mungkin aku terlalu menunggu
Terlalu berharap pada ketidakpastian
Awalnya..
Hati ini memang utuh
Hampir sempurna
Namun kini..
Semua itu hanyalah kekosongan
Kehampaan yang memenuhi sebuah ruang tanpa harapan
Ikhlas..
Itu yang harus aku lakukan
Agar hati ini bisa terbiasa tanpamu
Terima kasih untukmu..
Yang pernah mengisi hatiku
Terima kasih masa lalu..
Tanpamu, aku tak akan pernah merasa adanya harapan
Dan terakhirku berterima kasih..
Karna kegalauan ini telah terjawab
Terjawab dengan kekecewaan yang mau tak mau harus kuhadapi
Yaa..
Itu lah beberapa kata yang telah kurangkai menjadi berbait-bait puisi yang cukup melegakan perasaanku saat ini.
*shut down my lappy
6 Komentar
Ceritanya agak miris dan cukup sedih. Tapi disampaikan dgn gaya bahasa yg cukup kocak :D
BalasHapusKerenn mbak
Kalo ceritanya terlalu sedih nanti pada baper mas, hehe..
HapusMakasih udah mampir :D
Aduh tidak kebayang betapa remuk hatinya
BalasHapusJangan kan hati, raganya juga hancur redam
Tapi apa daya, jodoh yang menentukan pak penghulu :D
Wkwk..Itu pak penghulu hebat bener yak :))
Hapuswahhhh ini bukan cerita berdasarkan kisah nyata dirimu kan?
BalasHapussemoga hanya fiksi yaa
bagian nyatanya cuma: mio soul, nama doi, dan kisah ditinggal nikahnya sih. Selebihnya hanya melebih-lebihkan, wkwk..
HapusHaii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!