Cerpen: November Train




Hi. Aku Ros. Hari ini adalah hari terpenting untukku. Karena aku akan memulai interview di sebuah perusahaan di Kota Binjai. Dan aku asal Kota Medan. Kurang lebih 1 jam perjalanan dari Medan menuju Binjai dengan kereta api. Harga tiketnya cukup murah kok, cuma Rp.5000/orang. Dan aku harus menyiapkan semua itu selama bekerja nanti. Bolak balik Medan-Binjai.

Di kereta api nggak ada nomor tempat duduk layaknya pesawat ya. Jadi, siapa cepat dia dapat, kalau nggak dapat ya terpaksa berdiri atau duduk lesehan di bawah. Dan karena pagi ini aku akan interview, jadi aku berangkat lebih awal dong ya, makanya aku dapat tempat duduk. Tapi cuma beberapa detik aja, sampai akhirnya ada seorang ibu dengan menggendong bayinya. Sebagai anak muda yang tahu sopan santun, dengan spontan aku berdiri dan mempersilahkan ibu tadi untuk duduk di tempatku. Sang ibu pun berterima kasih padaku.

"Selamat, kamu dapat pahala kebaikan hari ini," celetuk seorang lelaki yang berdiri di sebelahku.
Aku tersenyum, "Masih muda mas, jadi harus sadar diri," lanjutku.
Lelaki itu ikut tersenyum
"Coba deh, lihat remaja yang duduk di sana itu. Dia sibuk sama gadgetnya, main game, nggak ngerti keadaan sekitar. Coba nanti kalau dia udah tua, terus diperlakukan gitu sama anak muda, pasti dalam hatinya bilang 'dasar anak muda'," jelasku berandai-andai.
"Bisa jadi kalau anak itu tua nanti, di akan tetap berdiri sambil main game," celetuk lelaki itu bercanda.
Kamipun tertawa.

"Kamu mau kemana ?" tanyanya.
"Mau interview."
"Oh, dimana ?"
"Umm.. Kantor apa gitu namanya, lupa, hehe.." jawabku.
"Ah, aneh, masa lupa."

Lelaki itu menyodorkan tangan kanannya, "Agus," ujarnya.
Dengan otomatis aku menyambut jabat tangannya, "Ros, please, bukan kak Ros," kataku menepis, sebelum lelaki itu melanjutkan.
Dia tertawa.

Kereta api pun telah sampai di tujuan.
"Aku duluan ya, daaa..." aku buru-buru berlalu dan karena gerimis telah datang.

Sesampainya dikantor itu, hanya butuh waktu 15 menit saja, kurang lebih.

"Tepat waktu, syukurlah," batinku.

Aku langsung menuju front office, dan lalu aku diminta untuk menunggu panggilan interview.

"Ros Mawarni, silahkan masuk," kata mba yang tadi.

Aku langsung berdoa dalam hati, semoga diterima bekerja di sini.

"Permisi."
"Silahkan duduk."
"Eh, Agus, umm.. Maaf Pak Agus," aku benar-benar terkejut ternyata lelaki yang aku temui di kereta tadi adalah calon bosku.
"Hi! Ros Mawarni. Nama kamu bagus ya."
"Makasih Pak."
"Saya sudah lihat cv kamu. Menurut kamu, seberapa pantas kamu bekerja di sini ?"
"Saya sangat pantas bekerja di sini karena saya mampu berbicara dengan baik dan ingatan saya juga sangat baik Pak."

"Okay. Dari kejadian di kereta tadi, sedikit banyaknya saya sudah bisa menebak karakter kamu. Jadi saya ucapkan selamt kedua sama kamu, karena kamu diterima bekerja di sini, sebagai sekretaris saya," jelasnya panjang lebar.
"Maaf Pak, ini serius ? Saya nggak harus ikut tes atau apa gitu Pak ?" entah terlampau senang entah apa, aku jadi merasa bingung.

Pak Agus cuma mengangguk tersenyum.
"Iya Ros saya serius. Panggil saya mas saja ya. Seperti karyawan yang lain. Jadi, mulai besok siap ya bekerja di sini ?"
Aku menggangguk yakin, "Siap mas, saya siap. Terima kasih."

Sejak saat itu. Aku dan mas Agus selalu berangkat bekerja bersama dengan kereta api dan rasanya kami semakin dekat. November ini memang memberikan kebahagiaan yang luar biasa. Mendapat pekerjaan dan mengalami kejadian tak terduga. Rencana Tuhan memang selalu baik, hihi..


Posting Komentar

0 Komentar