Cerpen: Di Sudut Senja




Di suatu sudut senja, pernah terlintas dipikiranku, sebuah tanya besar sebesar badanku, "Sesungguhnya, aku ini hendak jadi apa? Tersadar, umur sudah tak lagi muda. Tapi hidup kenapa begitu-gitu aja", akh..!! Seandainya aku bisa terlahir kembali, aku akan berusaha menjadi sesosok yang di puja, yang encer otaknya, yang tebal kantongnya, dan yang yang berlebihan lainnyalah. Tapi rasanya sudah tak mungkin balik lagi ke zaman 'oek-oek'. Zaman yang katanya nggak enak. Nggak enak dibagian mananya ya ? Oh, mungkin bagian di saat banyaknya Pekerjaan Rumah (PR) yang menumpuk. Buku LKS yang setiap saat merhatiin kita, eh, atau kita yang sering nelan ludah dan berpikir 'nih PR banyak bener yak'. Itu mungkin lho..

Lalu timbul lagi sebuah pertanyaan, "Lah, memangnya zaman sekarang banyak enaknya?". Kalau memang enak, wajib di jawab lantang plus tegas. Tapi kalau nggak enak, cukup simpan dalam hati, karena sekarang banyak yang nggak berani mengungkap isi hati, hanya karena takut di adili. Bodo amat ! Jalani hidup dengan baik dan benar aja. Di syukuri apa yang di miliki. Tapi kalau memang mau mengkritisi, silakan. Tak ada yang melarang, asalkan punya bukti. Sesimple itu kan.. eh, tergantung orangnya juga sih.

Balik lagi ke topik lah. Ada yang bilang lulusannya apa kerjanya apa. Pacarannya sama siapa, nikahnya sama siapa, loh. Bukan bukan, bukan itu. Skip..

Lagian, apa salahnya sih lulusan Sarjana Ekonomi banting setir jadi Penulis ??! Eh, bukan banting setir sih, cuma sampingan aja. Ya kali, dari pada banting setir jadi supir, malah nggak nyambung bblass. Toh masih ada kerjaan utamanya kok, yaitu.. Yaa masih ada sangkut pautnya lah sama jurusan ngampus dulu.. di tambah mengurus dua lelaki yang berwajah sangat mirip namun berbeda usia. Sesungguhnya, itu sih yang utama. My mood booster, my everything, my moon and back, eh.. yaa gitulah..

Secara harfiah, pertanyaan 'akan menjadi apa aku nanti ?' Sesungguhnya terjawab sudah. Terjawab dengan jelas, tanpa terbata-bata, tanpa sadar juga sebetulnya. Karena peran seorang ibu sekaligus istri sudah terpenuhi. Di luar dari seorang perempuan yang 'nyambi' berkarir. Toh, hasilnya juga untuk anak.

Muncul lagi sebuah pertanyaan, satu lagi deh, 'terus hasil untuk diri sendiri mana ?' Buat siapapun yang memikirkan pertanyaan tak seberapa penting itu, silakan pikir sendiri jawabannya. Terserah sih kalau mau di sana senang di sini tak senang. Kembali lagi ke perasaan masing-masing.

Jadi gini ya.. Susah senang harus dihadapi bersama. Pandangan lurus ke depan, majuu jalan ! Seperti itulah istilahnya, haha..

Btw, aku sebenernya lagi bahas apa sih.

Next. Bye !!


Posting Komentar

0 Komentar