Cerbung: Hai! Terima Kasih, Sampai Jumpa III



Cerbung: Hai! Terima Kasih, Sampai Jumpa III
Dalam perjalanan, sangking lelahnya, aku hampir tertidur, "Tidur aja nggak apa-apa. Tapi pegangan ya, biar nggak jatuh," seru lelaki itu.
Spontan akupun mengikuti perkataannya.

Sampai dihotel, aku terbangun, "Udah sampai ya, hmm.."
"Ayo buruan masuk kamar, terus istirahat," serunya.
"Maaf, makasih ya tadi udah pinjamin punggungnya buat sandaran. Aku masuk dulu," ucapku dan lalu masuk ke kamar.
"Iya, selamat istirahat," sambungnya.

Badanku memang terasa lelah, tapi tidak dengan hatiku. Di satu sisi aku merasa senang bertemu orang yang menemaniku berkeliling Bali. Tapi di sisi lain, seperti ada yang mengganjal, kenapa ya?

Besok paginya, saudaraku mas Benny menelponku, dia bilang kalu kosanku terbakar, karena konslet listrik yang berasal dari rumah pemilik kos, "Ya Allah, jadi ini sebabnya aku nggak tidur nyenyak," di saat itu juga aku mengubah tanggal kepulanganku. Segera berberes, dan lalu check out hotel.

Aku mencoba mengetuk pintu kamar 303, tapi tak ada jawaban. Maksud hati ingin pamit. Aku lalu menulis di secarik kertas yang isinya. "Hai, my tour guide, terima kasih atas tour-nya yang menyenangkan, sampai jumpa di lain waktu."

Aku telah berada di jalan bersama ojek online menuju bandara. 15 menit berlalu, aku pun sampai di bandara. Berjalan cukup cepat untuk check-in dan lalu menuju ruang tunggu.

"Eh, ada keributan lho di luar tadi, kayaknya dia mau masuk, mau nyari orang gitu, cowok ganteng lho," aku mendengar percakapan dua orang ibu. "Perasaanku kok nggak enak ya," aku lalu memberanikan diri bertanya pada ibu tersebut da, "Bu, maaf, yang ibu maksud orang ini bukan?" Sang ibu pun menjawab mengagetkan, "Nah, iya ini benar mba. Pacar mba-nya? Semoga langgeng ya mba," lah si ibu sok tahu nih, "makasih bu," aku bergegas kembali ke pintu keluar. Benar saja memang dia orangnya.

"Nah, itutuh pak pacar saya. Maaf ya pak, makasih pak," serunya.
Aku tersenyum kecil, "Pacar? Kok bisa? Tahu nama aja enggak, lucu deh kamu," lanjutku.
"Sorry, aku nggak ada ide lain," katanya.
"15 menit lagi pesawatku boarding. Aku mau ini tetap jadi perkenalan tanpa nama. Aku memaksa," aku memikirkan sebuah ide gila.
"Kalau memang kamu yakin kita bakalan ketemu lagi, aku setuju dengan ide ini. Take care," ucapnya berbisik pelan di telingaku.
Aku tersenyum dan belalu perlahan.

~ S E L E S A I ~


Posting Komentar

0 Komentar