Puisi: Merenunglah..



Puisi sedih, puisi senang, puisi tangis

Merenung..
Kadang tentang kebahagiaan
Seringnya tentang kesedihan
Yang menjelma dalam pikiran

Merenung tak selamanya membawa luka
Ia kadang membawa tawa
Senyum-senyum tanpa sadar
Hingga akhirnya tersandar

Merenung..
Kadang kala hadirkan rindu
Boleh jadi pikirkan pilu
Di tengah hentakan waktu

Merenung tak bisa dihindari
Ia datang tanpa permisi
Seolah enggan menolak pergi
Dan selalu muncul disaat sepi

Merenung..
Terkadang menggantikan ingatan
Dengan kenangan yang sempat hilang
Atau bahkan tak pernah dirasakan?

Merenung itu seperti bermimpi
Membawa sejuk dalam diri
Berangan indah balutkan sendu
Singkirkan gelisah menjadi lirik syahdu

Merenunglah..
Beri jeda sejenak kepada hati yang selalu sabar dan tabah
Kepada diri yang tak pernah mengeluh dan selalu tersenyum
Dan ingatkan tuk selalu bersyukur kepada Sang Pemberi Ampun

Gif: tenor.com


Posting Komentar

4 Komentar

  1. merenung kenapa harga minyak ga turun turun ya, hihihi becanda.
    aku suka merenung, cari ide buat nulis dan bikin puisi walo kadang puisi nya lara semua, hihihi
    btw, this poem? awesome!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha.. jadinya merenungi lara ya teh

      Aww.. thanks!

      Hapus
  2. merenung sama melamun apa coba bedanya?

    tapi apa pun bedanya, dua itu sering aku lakukan.
    Bedanya sendiri buat aku, merenung lebih sering muncul waktu usia sudah semakin dewasa. Sementara melamun waktu masih muda.

    Sekarang pengen lagi melamun, terus dapat ide gitu buat nulis puisi atau cerpen. Apa daya imajinasi kudu mulai dari titik nol huhuhu..

    terus nulis puisi dan bikin cerpen yaa ...
    ini susah lho

    BalasHapus
    Balasan
    1. Melamun itu cenderung ke khayalan kosong. Kalo merenung khayalan yang lebih berisi. menurutku sih, hehe..

      Aku juga sering, berarti wajar ya teh, manusiawi, hihi..

      Makasih teh Rnv :*

      Hapus

Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!