Cerbung: Mengejar Rindu [Part II]





~ Jarak Memisah ~

Pertemuan demi pertemuan pun kami lalui kala itu. Namun, tanpa ada ikatan. Sampai akhirnya, aku harus merantau ke Pulau Lombok, untuk bekerja disana. Saat itu, aku sudah lulus kuliah. Dan kebetulan, ada kakak yang sudah sukses disana. Dia hendak mengajak sertaku untuk membantu mengurus usahanya.
--
"Risty, kamu sehat? Gimana keadaan disana?" tanya Rafli via telepon.
"Alhamdulillah, baik. Kamu juga sehatkan Fli? Btw, sorry, aku mendadak merantau kesini, karena keputusan orang tuaku," ujarku beralasan.
"Nggak apa-apa kok. Mungkin ini udah takdir kita buat LDR-an. Eh, sorry, sorry.." dia terdiam sejenak, "Jadi, kamu lagi ngapain Ris?" lanjutnya sedikit gagap.
"Aku lagi nelpon kamu kan, hehe.. Oiya Fli, kamu suka nulis nggak? Aku lagi belajar nilis nih, iseng aja sih," ujarku memamerkan hobi baru.
"Nulis apa nih? Ramalan bintang? Atau tips-tips seputar cinta? Haha.." gelaknya.
"Yang jelas seputar isi hati dan imajinasi. Semacam cerpen dan puisi gitu. Aku udah bikin blognya juga lho, entar aku kirim link-nyanya," jelasku.
"Ooh.. Siap-siap! Aku pasti bakal jadi penggiat nomor satu kamu, haha.. Penggiat yaa.." gelaknya kedua kali.
"Rafli Rafli.. Ada-ada aja ya kamu. Yaudah deh, mending aku kirimin link-nya, terus kamu baca, jangan lupa kasih kritik dan sarannya ya, hehe.. Udah dulu ya Fli. Makasih udah nemenin malam ini," seruku malu-malu.
"Buat kamu, apa sih yang enggak, hehe.. Malam Risty.." obrolan malam kami pun berakhir.
--
Jarak yang cukup jauh antara aku dan Rafli, tak membuat kami saling melupakan. Walaupun, memang masih belum ada ikatan. Tapi aku tak permasalahkan itu. Yang penting, kami sama-sama masih saling mengingat. Jujur, ada rindu yang membuat jarak ini terasa kian dekat. Hampir setiap malam kami menyempatkan waktu untuk bercerita, terutama soal hobi baruku, yang kini menular padanya. Walau kami sama-sama masih awam soal per-blog-kan. Yah, searching aja sana-sini tentang template dan segala macam tentang blog.
--
"Gimana Ris, tulisan pertamaku, lucu nggak? Templpate-nya keren nggak?" tanyanya beruntun.
"Lucu Fli lucu.. Benar-benar pecah diakhir cerita, haha.. Soal template nggak masalah deh, yang pentingkan isi blog-nya, benar nggak?" responku amat sangat senang.
Tiba-tiba ponselku berdering, tertulis Rafli.
"Halo.. Makasih lho Ris, udah bikin begadangku terbayarkan, haha.." ungkapnya.
"Yaelah Fli.. Jadi kamu ngerjain blog itu sampai begadang gitu? Benar-benar niat ya Fli, salut deh salut.." responku yang lalu bertepuk tangan.
"Hehe.. Aku kok ngerasa kita ada disatu tempat ya Ris. Terasa dekat banget," ungkapnya lagi.
"Masa sih.. Kalau gitu tandanya rindu dong, hehe.. Eh, aku mau bikin puisi rindu ah. Makasih lho Fli udah kasih inspirasi. Puisi ini khusus buat kamu," tiba-tiba otakku banjir ide.
"Hehe.. Asyiikk! Mau dibikin puisi sama cewek cantik. Aku tunggu ya Ris. Tidur yuk. Malam Risty," celetuknya kegirangan, dan mengakhiri cuap-cuap kami setelah aku membalas pamitnya.

~ Bersambung ~


Posting Komentar

4 Komentar

  1. Penasaran nih kira-kira lanjutan cerita kisah Risty dan Rafli kayak gimana ..
    Ditunggu kisah lanjutannya, ya.

    BalasHapus
  2. hmmm kayaknya aku kenal neng Risty di cerpen ini hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah.. masa sih teh, wkwk.. Abaikan saja bila engkau telah mengetahuinya, haha..

      Hapus

Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!