Cerpen: 6 Inch Heels




~1 bulan yang lalu~
“Hahh! 20 missed call? Nona? Mati aku!”, Keyla bergegas mengambil peralatan mandi kemudian bersiap dan berangkat menuju rumah Nona, sahabatnya.

(20 menit kemudian)
“Waah waah.. Cepet banget datengnya Key. Aku kira tadi kamu bakal telat”, ledek Nona.
“Iiih.. Sorry Non, tadi itu..”, langsung dipangkas omongannya oleh Nona.
“Ayok kita pergi. Mataku udah laper banget nih”, Nona menarik tangan Keyla.
“Eh eh eh..”.

(20 menit kemudian (lagi))
“Non.. Kenapa gak sekalian aja kamu beli nih mall, biar gak capek-capek kayak begini bawa barang-barangnya, huhh..”, keluh Keyla pada Nona yang sedang membawa sebahagian belanjaannya.
“Haha.. Salah kamu sendiri, siapa suruh beli sepatu doang. Dan dari pada kamu cuma bawa satu begitu kan mending bantuin bawain belanjaanku, bener gak?”, ujar Nona yang malah meledek Keyla.
“Dasar kamu ya. Untung aja kamu itu sahabatku, kalo enggak, iihh..”, geramnya pada Nona.

(1 jam kemudian)
“Gila ya, betah banget kamu berlama-lama milih milih barang-barang begini banyak”, kata Keyla sambil melihat barang belanjaan Nona yang hampir memenuhi kursi tempat mereka duduk.
“Keylaa.. Aku rasa itu kalimat yang selaaluu kamu bilang ke aku deh setiap kali belanja”.
“Hehe.. Habisnya cuma itu yang ada dipikiranku. Dari pada aku simpan, mending diucapin”.
“Btw Key, denger-denger mantan kamu yang imut itu mau married ya?”, tanya Nona.
Keyla berpikir, “Imut? Perasaan mantanku gak ada yang imut deh Non”.
“Yee.. Bukan beneran “IMUT” loh Key, maksud aku tuh “hItam MUTlak”, haha..”.
“Sial. Dapet kabar dari mana kamu?”.
“Dari temennya sepupu aku yang adiknya itu pacaran sama temennya dia”.
“Oooh..”.
“Oooh??”.
“So? Haruskah aku excited? Hysteria? Lompat-lompat kegirangan? Atau malah nangis darah, gitu?”.
“Ya gak segitunya juga kali Key. Setidaknya kamu merespon apa yang aku certain tadi tentang si imut itu”.
“Kan aku udah bilang “Oooh”, itu juga kan salah satu bentuk ekspresiku Non, haha”.
Lirik Nona.
“Tajem banget lirikan mata kamu Non. Aku jadi tatuutt, hihihii..”.
“Huuh.. Nyebelin banget sih kamu Keylaa..”, tangan mungil Nona lalu mencubiti pipi tembem Keyla.
“Aduhduhduh... Oiya, Non, memangnya kapan tanggal marriednya?”, tanya Keyla sedikit penasaran.
“Tuh kan kamu penasaran juga, haha”.
Keyla balik melirik Nona, “Tadi gak ngerespon salah, ini nanya tanggalnya kapan malah diledekin. Serba salah deh. Mending gak usah nanya kalo gitu, hahh..”, kesalnya dengan muka manyun.
“Dooh.. Ada yang ngambek niih. Hehe. Iya iya deh, maaf. Aku juga gak tau kapan pastinya Key, tapi kata sepupuku itu ntar pasti bakal disampein undangannya, mungkin seminggu sebelum hari H, biasanya kan juga gitu”.
“Gitu ya. Hmm.. Pulang yuk”.
“Belanjaanku?”.
“Bawa aja sendiri, haha”.
“Keeyy..”.

(Seminggu kemudian)
Keyla sedang asik membereskan kamarnya dan tanpa sengaja Ia menemukan bungkusan tepat disamping lemarinya.
“Kotak apa ini?”, lalu Ia membukanya.      
“Sepatu? High heels? Tinggi banget. Kenapa bisa ada disini?’, tanyanya berbicara sendiri sambil memperhatikan sepatu itu.

(5 menit kemudian)
“Halo Non.. Lagi apa kamu?”.
“Baru selesai mandi. Ada apa Key?”.
“Tapi udah pakaiankan?”.
“Ini lagi mau pakaian. Kamu sih nelponnya tiba-tiba. Akunya jadi keribetan deh”.
“Yee.. Mana aku tau kalo jadwal mandi kamu tuh jam siang begini”.
“Hehe.. Aku mau jemput mama bentar lagi. Jadi mandi dulu deh, biar wangi”.
“Hmm..”.
“Tumben nelpon.. Kangen yaa.. Hihihi”
“Eh.. Kucing lagi BAB! keGRan banget kamu itu. Ini loh Non, kamu ada ngerasa ninggalin sesuatu gitu dirumahku?”.
“Umm.. Kemarin sih ada. Tapi kan udah aku ambil. Memangnya kenapa gitu?”.
“Yakin kamu Non?”.
“He’em. Yakin banget”.
“Gitu ya. Yaudah deh”.
Tut tut tut..

(Besoknya)
“Kamu udah dimana? Aku udah nyampe 5 menit lalu loh”, kata Keyla lewat ponselnya.
“Dduarr.. Aku udah disini loh Key”.
“Ah, ngagetin aja kamu”.
“Aku ke toilet dulu ya”, ujar Nona.
“Gak pake lama!”.

(10 menit kemudian)
“Dari mana kamu Key?”.
“Taraa.. Liat aku beli apa?”.
“Sepatu? Lagi?”.
“Lagi? Maksud kamu?”.
“Iya, lagi. Kan minggu kemarin kamu udah beli sepatu juga. Dan aku rasa modelnya hampir sama deh”.
“…”.
“Key..”.
“Berarti.. Yang kemarin itu.. Milikku sendiri..”.
“Kamu kenapa Key?”.
“Itu loh, kemarin aku nemuin sepatu. Kamu yakin itu memang punyaku ya Non?”.
“Dasar pikuunn.. Ya iyalah. Waktu belinya aja kamu tuh excited banget”.
“Begitukah. Aku lupa, hehe”, ujar Keyla sambil menepuk kepalanya.

(Seminggu lebih sehari yang lalu)
Keyla dan Nona baru saja memasuki mall. Mereka mengobrol.
“..Iya Key, dan dalam waktu yang bersamaan juga si gendut itu jatuh, haha. Kebayang gak sih kamu. orang yang.. Loh, Key.. Kemana itu anak?”, Nona lalu menoleh kebelakang dan menghampiriku.
“Makasih ya mba”, kata Keyla membayar sepatu yang dibelinya.
“Sepatu ya?”.
Keyla mengangguk, “Baguuss banget, hihii”.
Nona sedikit heran melihat tingkah sahabatnya itu.

(2 minggu kemudian)
“Hei, Key, ada apa kamu menyuruhku datang kesini?”.
Sedari tadi Keyla memperhatikan 2 pasang sepatu yang ada didepan matanya.
“Aku heran deh, sedari tadi aku belum menemukan alasan yang tepat kenapa aku membeli sepatu ini”.
Nona tertawa terbahak-bahak.
“Keylaa Keyla.. Memang dari dulu tuh penyakit kamu gak hilang-hilang ya”.
Keyla lalu terduduk tegak dan menatap serius Nona dengan mengerutkan keningnya.
“Nonaa, aku serius. Aku tau aku memang pelupa, tapi aku gak tau kenapa waktu itu aku excited banget untuk membeli sepatu-sepatu ini, aneh banget. Gak pernah-pernahnya kan aku begini”.
“Iya sih Key. baru kali ini kamu kayak begini”.
Sepertinya bohlam zadul yang terang benderang muncul diatas kepala Nona.
“Sepertinya aku tau kenapa kamu membeli sepatu-sepatu ini”.
“Buat apa?”.
“Buat dateng ke wedding party nya si imut, haha. Bisa aja kan?”.
“…”, Keyla terdiam.
“Key..”.
“Baiklah! Kamu bantu aku cari gaun yang pas sama salah satu dari para high heels itu ya Nona”.
“Ya ampyuunn.. Aku kira kamu itu ngambek. Ternyata..”.
“Ayo kita carii..!!”.
Ujar mereka, serentak.



Posting Komentar

0 Komentar