Yakin Pasti Bisa




Hai. Aku Leli. Siswi SMA kelas XII IPA I. Banyak yang bilang, aku ini lemot, ada yang bilang, aku ini payah, lebih payah dari Nobita. Aku pikir, mungkin memang benar, aku ini nggak bisa apa-apa. Malas belajar. Buktinya sampai sekarang aku nggak lulus-lulus, yaiyalah, Ujian Nasionalkan belum di mulai.

Aku sering di panggil lali, atau lalai, ya karena itu tadi, sering lupa, lelet dan nggak gercep kalau ngapa-ngapain.

"Lel, buku aku yang kemarin kamu pinjam kapan mau dikembalikan ?" tanya Shizu.
"Oh, buku itu ya. Aku belum siap bacanya Shiz.. hehe.. " seruku sambil garuk-garuk kepala.
"Ah, lambat sekali sih kamu," celetuk Shizu sembari meninggalkanku begitu saja dengan lirikan jahat.

Sebenarnya aku sudah berusaha, tapi banyak orang yang tidak tahu menghargai usahaku. Sampaiku berpikir, seandainya saja ada doraemon.

"Heh! Ngapain sih, ngelamun aja, ntar mie ayamnya dingin lho," seru Dora.
Ya, Dora, Dora Monika Siregar, sahabatku dari zaman seragaman putih merah, orang batak yang baiiiiiiiknya nggak ketulungan. Dia yang selalu menyemangatiku ketika aku dirundung ke"lelet"an dunia.

"Lel, sebentar lagi kan kita UN nih, kita belajar yang giat dong ah. Kan kita mau masuk kampus favorit sejagad raya," kata Dora sedikit berkhayal.
"Eh, iya Dor. Kita pasti bisalah menghadapi terjangan dari UN," tepisku akan khayalannya.

Ini yang aku suka dari Dora. Dia itu pintar, lumayan cantiknya, tapi dia nggak pernah ngejatuhin aku, padahal tahu leletnya aku tuh udah parah sekali. Memang the best sih Dora ini. Aku jadi terharu..

Sampai suatu ketika, UN pun tiba dengan riangnya. Aku dan Dora telah menyambut gembira secara pura-pura.

"Lel, kita harus siap. Jangan lupa berdoa. Ingat, kita adalah yang terbaik," Doraa.. Aku padamu.

Waktu berjalan seolah melambat, tapi aku merasa yang paling cepat siapkan soal-soal, bahkan waktu belum sampai menyapa.

Perjuangan memang tak pernah mengkhianati waktu. Akhirnya, aku dan Dora lulus dengan cukup memuaskan.

"Lihatkan Lel, kalau kita yakin, kita pasti bisa. Mana itu orang-orang yang udah ngeremehin kamu seolah kamu ini remahan rempeyek, kamu itu bukan semacam itu, kamu itu memang rempeyek sih, tapi yang udang, karena kamu tahu kamu itu enak," aku melongo, ngomong apa ini bocah.

Satu hal yang aku tahu, rempeyek udang memang enak, ah bukan itu. Bahwa keyakinan akan diri sendiri akan lebih baik daripada harus mendengarkan omongan orang yang nggak tahu apa-apa, yang cuma bisa bacod tiada guna. Ya setidaknya aku udah berusaha semampuku, dan aku benar-benar merasakan hasilnya.

Satu hal lagi, memang orang-orang terdekat adalah penyemangat terbaik untuk kita. Yang bukan merendahkan, tapi tetap memberi semangat disaat kita terpuruk, terperosok kedalam lembah bukit belakang sekolah.

Sekian ~


Posting Komentar

0 Komentar