Cerbung: Kamu Sih! Jagonya Diam..



Cerbung: Kamu Sih! Jagonya Diam..

Malam Minggu kemarin, aku sengaja mengajak Nano, untuk menemaniku datang ke kondangan teman sekolahku dulu.

"No, kamu udah dimana?" tanyaku sedikit terburu-buru.
"Eh, iya Rin, bentar lagi nyampe kok, tunggu ya," jawab Nano suaranya bergetar.
"Kamu nggak kenapa-kenapa kan No? Kok suara kamu menggigil gitu," tanyaku lagi agak cemas.
"Ah, aku nggak apa-apa kok Rin. Nih aku udah depan rumah kamu," jawabnya lagi.

Aku pun keluar menuju mobilnya.

"Si Dila udah call aku terus nih, katanya udah pada ngumpul," jelasku seolah menyuruh Nano untuk sedikit ngebut.
"Oh iya Rin, pakai seat belt nya ya," ujarnya.

Aku berbatin, aduh.. Kok jalan santai aja sih nih orang. Kurang nyindir apa akunya yak..

Dila menelponku, "Halo Dil, iya iya, ini aku udah jalan kok. Iya iyaa.. Tungguin yaa.."

"Haduh, No, bisa tolong agak ngebut dikit nggak bawa mobilnya. Aku udah di tungguin temen-temen nih," aku memberanikan diri.
"Oh, sorry ya Rin, aku nggak berani bawa mobil kencang-kencang," jawabnya santai ketakutan.

Geram sih lihat tingkah ini orang.. Dan aku juga nggak bisa terlalu memaksanya. Oleh karena, ini kan mobilnya dia, argh..!

Akhirnya kami sampai, setelah makan waktu 30 menit, harusnya bisa 15 menit lebih cepat.

"Gila ya. Lama banget sih kamu, aku udah di omelin yang lain nih," celoteh Dila.
"Iyaa sorry, aku berasa naik sepeda tadi. Udah ayo masuk," sambil ku berisyarat kepada Nano, mengajaknya masuk.

Terlihat sangat mewah dan meriah resepsi Fanny dan Lion. Menggarap konsep serba gold, seakan memasuki istana emas. Resepsi idaman sih ini, batinku.

Aku asyik bercengkrama dengan teman-teman lama. Namun, terlihat Nano menyudut menyendiri di salah satu balkon hotel. Aku sedikit heran, dan berpikir, rasanya salah menganggap dia lambat. Padahal, hanya di saat-saat tertentu dia seperti itu.

Aku melihatnya sambil berpikir dan tersenyum, lalu mengampirinya, tapi..

"Hei!" sapa Harris, mantan pacarku saat sekolah dulu.
"Haaiii!" tiba-tiba dia menyodorkan pipinya untuk bersentuhan dengan pipiku.

Tampakku Nano melihat situasi itu. Lalu, dengan cepat Ia memalingkan pandangannya ke arah luar. Aku hanya meliriknya, sambil terus berbincang dengan Harris. Tak lama setelah itu, aku permisi dari kerumunan mereka, dan menghampiri Nano, mengajaknya makan.

"No, makan yuk," Nano pun tersenyum mengangguk.
"Kamu nggak kenapa-napa kan No?" tanyaku sedikit khawatir.
"Enggak. Memangnya kenapa Rin?" tanya balik Nano
"Ah, enggak. Nggak apa-apa kok. Enak ya makanannya," aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
Nano menggangguk lagi.

Acara demi acara terlewati dengan sangat meriah. Sampai pada jam 10 malam, aku dan Nano pun bergegas pulang.

"Bye.. !!" pamitku pada semua teman.
Aku menghela nafas panjang, "Satu persatu udah pada nikah, bahagia rasanya lihat mereka bahagia," celetukku secara tak sadar, Nano hanya tersenyum.

"Eh, No, besok aku mau jalan deh sama cowok, tapi sama teman-temannya sih. Tapi aku minta tolong anterin yaa.. hehe.."
"Oh, iya Rin. Jam berapa aku jemput kamu?"
"Umm.. Jam 7 ya."
"Ok, Rin."
"Makasih Nanooo.."

Besok pun tiba. Nano selalu tepat waktu menjemputku.

"Udah Rin?" tanyanya.
"Ayo, jalan," aku melihat Nano dengan seksama, "Kamu mau kemana No? Rapi amat," tanyaku.
"Oh, nanti aku mau ketemu teman lama, tempatnya nggak jauh kok dari restoran kamu," serunya.
"Ooh.. Berarti nanti pulangnya bisa bareng dong, hehe.."ucapku memberi saran.
"Hmm.. Boleh Rin. Kabarin aja ya," jawabnya santai.

Waktu terus berlalu. Pikiranku terus tertuju pada Nano. "Dia ketemu sama siapa ya? Teman lama? Cewek atau cowok ya?" aduuh, kok jadi pusing mikirin Nano.

"Rin, kamu mau aku anter pulang?" tanya Fandi, kenalanku dari seorang teman.
"Nggak usah deh Fan, aku ntar di jemput kok," kataku tersenyum.

Fandi menemaniku menunggu Nano menjemputku. Sambil mengobrol.

"Rin, aku boleh ya jadi sahabat kamu. Habisnya, kamu orangnya asyik sekali. Tapi.. Harus sabar ya kalau dengar aku cerita, hehe.."
"Ah, kamu bisa aja. Tapi, kata orang-orang memang gitu sih, hehe.."

Nano pun akhirnya datang, tapii..

"Itu siapa ya? Kok.."
"Ayo Rin.." ajak Nano untuk masuk ke mobilnya.
"Umm.. Sorry No, aku masih agak lama deh disini. Kamu duluan aja ya. Ntar Fandi yang nganter aku pulang," terceletuklah kalimat itu dari mulutku.
Nano mengangguk pelan, "Oh, yaudah Rin, Hati-hati ya Rin. Aku duluan," Nano pun berlalu.

"Kamu nggak apa-apa Rin?" tanya Fandi.
Aku menggeleng tersenyum dengan perasaan sedikit kacau, "Fan, tolong anterin aku pulang sekarang ya."

Pertanyaan demi pertanyaan muncul, saat aku melihat seorang perempuan duduk di kursi depan sebelah Nano. Dia tertidur. Mungkin pingsan. Entahlah..

"Rin, aku siap jadi pendengar kamu ya, jangan segan-segan, hehe.. Aku balik ya.." pamit Fandi setelah mengucapkan kalimat pertanda sahabat itu.

Aku tersenyum simpul. Dalam benak teringat Nano, argh..!

Aku terduduk di pulau kapuk kenyamanan, tiba-tiba Hp ku berdering, terbaca "Nano Ndud". "Halo No," sapaku.

"Halo Rin, sorry, aku ganggu nggak?" tanyanya.
"Oh, nggak kok No. Aku lagi baca-baca aja nih. Kenapa No?"
"Kamu tadi kenapa nggak mau pulang bareng aku?"
Aku sedikit terkejut dengan pertanyaannya itu, "Umm.. Ya nggak kenapa-napa No. Tadi masih ada urusan aja," jawabku mengarang.
"Sorry ya Rin, tadi aku habis nolongin teman, dia mabuk berat, jadi aku anterin dia pulang," jelasnya sejelas-jelasnya.
Oh, jadi dia mau konfirmasi kejadian tadi  bagus deh, "Oh, nggak apa-apa kok No. Baik banget deh kamu, aku jadi makin suka.." mampus, barusan aku ngomong apaaa.. "Ah, No, udah dulu ya, kayaknya mama manggil aku deh. Bye Nano.." aku seakan membangun sebuah pengalihan isu.

Entah apa yang ada dalam pikiranku waktu itu. Dan entah Nano mendengar kalimat tak sadar yang terucap dari mulutku.

~eits.. bersambung dulu yaa..~


Posting Komentar

0 Komentar