Kejutan
ulang tahun dari Ifsah tampak lebih istimewa dari biasanya. Dia memberiku
sebuah boneka doraemon super besar dan sebuah buket bunga rasa coklat,
kesukaanku. Dari caranya memberipun tampak beda. Dia lebih bersemangat dan terlihat semakin tampan.
Sudah
hampir 3 tahun ini aku Dila dan Ifsah menjalin hubungan sebagai sepasang
kekasih. Sejak duduk dibangku kuliah dulu, sampai sekarang, kami masih saling
setia. Aku memang berharap jauh dengan hubungan ini. Tapi aku tak ingin
mendahului kehendakNya, aku hanya berusaha untuk menjaga kisah cinta ini dengan
baik dan sehat.
Awal
bertemu If, cukup lucu. Karena, dia adalah juniorku saat kuliah dulu. Tapi,
memang usianya lebih tua dua tahun dariku. Kami sering bertemu di mushola
kampus. Dari situlah awal mula aku mengaguminya. Ketaatannya pada Sang
Pencipta. Dan yang paling aku suka darinya adalah, dia seorang pekerja keras.
Sudah sejak sekolah menengah pertama, dia sudah hhjh67berjualan terang bulan, yang
tempatnya tak jauh dari rumahnya. Dia berusaha untuk bisa membantu kedua orang
tuanya. Karena dia adalah anak tunggal.
“If,
kamu di toko ? aku ke sana ya.”
“Ok
La, aku juga ada sesuatu nih buat kamu,” jawab Ifsah saat aku menelponnya.
Ini
juga salah satu sifat If yang aku suka, dia senang sekali memberikan kejutan,
walau hanya sepotong kue yang dia beri padaku, tapi itu sudah sangat
menyenangkan hatiku. Yang jelas, dia bisa dengan cepat mengembalikan mood-ku menjadi super bagus lagi.
Aku
dan If sengaja tak memanggil panggilan sayang satu sama lain. Karena menurut
aku dan If, panggilan sayang itu seperti tidak membuat suatu hubungan
berjalan lebih lama. Yaa.. Begitulah..
“Hai
If.. Waah.. Krepes lope-lope tiramisu ya, thank
you honey.. Kamu tahu aja kalau aku lagi sedikit bad-mood,” seruku.
“Memangnya
ada masalah apa dikerjaan ?” tanyanya.
“Itu
lho, bu Tia besok lusa mau di mutasi ke Sumatera, jauh bangetkan.. Padahal kita
semua dikantor tuh udah nyaman banget sama bu Tia. Karena apa ya.. Dia itu friendly banget, bukan kayak bu bos,
hmh..”
“Oh,
ya nggak apa-apa dong, nanti juga kalian dapat pengganti yang lebih baik dari
bu Tia, dan bu Tia pasti bisa cepat beradaptasi di tengah orang-orang baik di
sana, sama kayak di sini, benar nggak ?”
“Kalau
udah di nasehatin gini sama kamu, aku jadi ngerasa jadi anak kecil deh, haha..
Makasih banyak ya If, aku mau deh dinasehatin terus sama kamu kayak gini, biar mood aku selalu bagus,” ujarku sembari berkedip manja pada If.
“Eh,
La, bentar ya, aku ke belakang dulu. Jangan lupa dimakan tuh crepes-nya, ntar
nggak enak lho.”
Aku
tertawa kecil. Umm.. aku seperti merasakan ada yang aneh dari sikap If.
Biasanya dia selalu mengacak-acak sayang rambutku. Ah, mungkin hanya perasaanku
saja.
Toko
mungil yang terdapat di pertigaan jalan dekat rumah If ini, adalah hasil
kerja kerasnya selama ini. Aku turut bangga memiliki sejoli seperti Ifsah.
Sudah hampir satu tahun ini sejak berdirinya toko yang diberi nama "If store" ini,
semuanya berjalan ramai dan lancar. Aku pun sering mampir untuk bertemu If, sekaligus memesan crepes tiramisu favoritku.
***
Minggu-minggu
ini, aku sibuk dengan urusan kantor. Dan selalu lembur, jadinya pulang sampai jam 9
malam. Gara-gara bos baruku di kantor, membuat aturan seenaknya, huft..
“Halo,
If.. Kamu masih di toko ? Aku ke sana ya..”
“Masih
sih, tapi kamu nggak usah ke sini La, kamu pasti capek, aku juga bentar lagi
pulang kok.”
Aku
terdiam, sebenarnya aku kangen kamu If, pengen ketemu, dalam hatiku, “Umm.. Yaudah
deh, kamu hati-hati ya, bye If..”
Aku
merasa sepertinya If marah padaku, karena sudah jarang menemuinya. Tapi aku
tetap berpikir positif. Bahwa If juga lelah, dan perlu istirahat. Kalaupun sempat mengobrol, hanya via telepon, itu juga hampir larut, dan nggak lama.
Tiga minggu berlalu. Makin ke sini, aku makin sibuk dengan urusan kantor. Dan disaat yang sama, If memintaku menemuinya pada jam makan siang, dia memaksa.
"Hai If, sorry agak telat. Kamu udah pesan makan ?"
"Udah La, punya kamu juga udah aku pesan kok. Bentar lagi juga datang," ucap selow If.
"If, maaf ya, aku udah jarang mampir ke toko, jarang bisa luangkan waktu buat kamu. Dan, aku kayaknya butuh saran dari kamu deh, apa sebaiknya, aku resign aja ya, dan cari kerjaan lain," aku mencoba membuka pembicaraan yang agak sedikit kaku ini.
"Kita tunggu makanannya datang ya sayang," ucapnya lembut namun tetap ngebass.
Aku hanya mampu mengangguk tersenyum.
"Loh, ini apa If ? Aku kira kamu pesan makanan," aku cukup heran dengan apa yang ada di depanku saat itu.
"Buka La," pintanya.
Aku semakin deg-degan, "If, ini kan.."
"Dila, mungkin kamu lupa kalau hari ini hari jadian kita tepat ke 4 tahun," sontak aku benar-benar lupa, "tapi.. bukan itu aja yang harusnya kamu ingat. Aku mau, kalau kamu juga mengingat, kalau hari ini adalah hari aku melamar kamu. Maukah kamu menikah denganku ?" Seketika suasana di restoran saat itu terasa hangat.
Aku menutup mulutku, mencoba menahan haru yang teramat sangat, lalu mengangguk dengan pasti, "Iya, aku mau If, aku mau.."
"Satu hal lagi, sepertinya kamu udah harus segera resign dan mulai membantuku di toko, gimana ?"
"Pastinya sayang, aku.. Aku.. Aku sayang kamu If.. please jangan pernah berubah, apapun yang terjadi."
"Umm.. kalau berubah jadi agak gendut, boleh nggak La ? Karena tiap hari, aku pasti bakal di masakin sama kamu, ya nggak ?" celetuknya.
Aku tertawa lepas. Selepas melepaskan kerjaan yang bikin ribet dan erat memeluk kebahagian ini.
Tiga minggu berlalu. Makin ke sini, aku makin sibuk dengan urusan kantor. Dan disaat yang sama, If memintaku menemuinya pada jam makan siang, dia memaksa.
"Hai If, sorry agak telat. Kamu udah pesan makan ?"
"Udah La, punya kamu juga udah aku pesan kok. Bentar lagi juga datang," ucap selow If.
"If, maaf ya, aku udah jarang mampir ke toko, jarang bisa luangkan waktu buat kamu. Dan, aku kayaknya butuh saran dari kamu deh, apa sebaiknya, aku resign aja ya, dan cari kerjaan lain," aku mencoba membuka pembicaraan yang agak sedikit kaku ini.
"Kita tunggu makanannya datang ya sayang," ucapnya lembut namun tetap ngebass.
Aku hanya mampu mengangguk tersenyum.
"Loh, ini apa If ? Aku kira kamu pesan makanan," aku cukup heran dengan apa yang ada di depanku saat itu.
"Buka La," pintanya.
Aku semakin deg-degan, "If, ini kan.."
"Dila, mungkin kamu lupa kalau hari ini hari jadian kita tepat ke 4 tahun," sontak aku benar-benar lupa, "tapi.. bukan itu aja yang harusnya kamu ingat. Aku mau, kalau kamu juga mengingat, kalau hari ini adalah hari aku melamar kamu. Maukah kamu menikah denganku ?" Seketika suasana di restoran saat itu terasa hangat.
Aku menutup mulutku, mencoba menahan haru yang teramat sangat, lalu mengangguk dengan pasti, "Iya, aku mau If, aku mau.."
"Satu hal lagi, sepertinya kamu udah harus segera resign dan mulai membantuku di toko, gimana ?"
"Pastinya sayang, aku.. Aku.. Aku sayang kamu If.. please jangan pernah berubah, apapun yang terjadi."
"Umm.. kalau berubah jadi agak gendut, boleh nggak La ? Karena tiap hari, aku pasti bakal di masakin sama kamu, ya nggak ?" celetuknya.
Aku tertawa lepas. Selepas melepaskan kerjaan yang bikin ribet dan erat memeluk kebahagian ini.
0 Komentar
Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!