Sanggupkahku ? [Part III]




"Nggak apa-apa Om. Hana senang kok bisa tau keadaan Reno yang sebenarnya. Dan bisa lebih semangatin dia lagi. Oiya Om, Sabtu besok, aku sama mama mu main ya ke rumah Om," jelasku.

"Oh, yaya, boleh sekali. Ini alamatnya Om catat ya. Terima kasih banyak ya Hana. Kamu sangat banyak membantu bangkitnya Reno kembali," seru Om Robby.

Aku melihat kebahagiaan terpancar dimata Om Robby. Kesedihannya seakan sirna. Akupun begitu.

Aku dan mama telah bersiap menuju kediaman Om Robby. Perjalanan sekitar setengah jam pun kami lalui.

"Haloo Suri, apa kabar ? Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu. Ayo masuk masuk, Reno sudah menunggu di dalam," seru Om Robby.

Saat pertama kali mama melihat keadaan Reno, mama langsung memeluknya, lalu berkata sambil memegang lembut kedua pipinya, "Kamu yang sabar ya. Tante sama Hana, kita semua sayang sama kamu. Yang kuat ya Reno."

Disambut senyum simpul serta anggukan dari Reno, "Makasih banyak tante." Lalu kami berkumpul di teras belakang, dengan pemandangan birunya kolam renang. Aku yang baru saja selesai membantu bibi membuatkan minuman dan membawa beberapa camilan lalu membawa dan menaruhnya di meja, tiba-tiba Om Robby berucap, "Waduh, ibu direktur rajin sekali ini, sudah cocok sepertinya kamu mantu Sur, haha.."

"Iya lho, aku juga sudah bilang berkali-kali tentang itu, umur sudah matang, karir juga sudah bagus luar biasa. Coba, apa lagi yang mau kamu cari ?" ungkap mama melebarkan penjelasan.
Aku juga bingun mau respon bagaimana. Jadilah hanya senyum simpul yang mewakilinya.

"Ya cari pendampingnya dong tante," celetuk Reno.
"Oh, iya ya. Tau aja kamu Reno," seru mama.
"Makasih bantak mister Reno," kataku sedikit tersenyum sinis namu bercanda kepada Reno.
"Ah, iya.. Bagaimana kalau kita jodohkan saja anak-anak kita Sur. Biar nggak perlu lagi ada perkenalan," sambung Om Robby.

Namun, aku melihat ekspresi yang berbeda dari wajah mama, "Eh, jangaaan.. Mereka berdua ini cukup jadi sahabat saja. Sebagaimana kita Robb, ya kan ?" mama seperti menyimpulkan sendiri pernyataannya. Sekejap, suasana yang ada menjadi canggung, seakan melukai hati Om Robby, terlebih Reno.

"Tehnya di minum dulu Om," aku mencoba mencairkan suasana, namun itu tak berhasil.
"Aku tahu maksud kamu Sur. Anakku memang sudah tak lagi sempurna, tapi setidaknya dia masih bisa bertahan dengan baik sampai detik ini," Reno mencoba menyabarkan sikap Om Robby, "Biarkan Reno, biar semua orang tahu bahwa kamu berhak mendapatkan kebahagiaan," ungkap Om Robby.

Aku tertunduk, mataku sejenak terpejam, berharap semua ini segera berakhir.

"Maaf, jika kamu tersinggung dengan perkataanku tadi. Aku hanya mencoba menyelamatkan anakku agar dia juga mendapatkan kebahagiaan yang benar-benar layak ia dapatkan. Ayo Hana, kita pulang. Permisi," ungkap jelas mama yang menurutku semakin memperkeruh suasana.
"Maaf Om, Reno.." aku lalu pamit dan mengejar mama.

Di perjalanan, "Maa.. Maksud mama tadi apa ?" ungkapku yang merasa malu terhadap sikap mama tadi.
"Mama itu cuma nggak mau kamu nanti punya suami yang.." omongan mama langsung aku potong, karena memang aku tidak ingin mendengarnya.
"Ma! Tapi nggak gitu caranya.. Pernyataan mama tadi itu nggak seharusnya.." aku menghela napas panjang, seakan tak sanggup lagi meneruskan perkataanku, di satu sisi, aku takut menyakiti hati mama, dan di sisi lain, mama sudah merusak hubungan baik kami dengan keluarga Om Robby.

Suasana di rumah seakan canggung. Aku dan mama saling diam, seperti tak kenal.
"Hana berangkat dulu ma," aku mengetuk pintu kamar mama, dan berlalu beranjak menuju ke kantor.

Pikiranku kala itu seakan tak tenang. Tak bisa fokus. Mencoba mencari jalan keluar, tapi belum ku temukan.

Tepat sebelum aku beranjak untuk makan siang, handphoneku berdering, "Om Robby ?" batinku. "Hana! Mama kamu pingsan, sekarang Om dan mama kamu sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit Prima Sehati. Kamu segera ke sini ya," aku benar-benar terkejut dan bergegas menuju ke rumah sakit.

Selama perjalanan, aku mencoba tetap tenang. Memikirkan hal super positif agar menghilangkan ilusi-ilusi negatif.

"Gimana ceritanya mama bisa pingsan Om ?" tanyaku dengan air mata deras mengalir membasahi pipi.
"Om datang kerumah kamu, bermaksud untuk meminta maaf sama mama kamu. Tapi setelah beberapa kali Om ketuk pintu, tidak ada jawaban. Lalu Om intip dari jendela, dan melihat mama kamu sudah tergeletak di lantai. Tanpa pikir panjang, Om langsung dobrak pintu depan, dan segera membawa mama kamu ke rumah sakit. Maafkan atas sikap Om kemarin ya Hana," air mataku mengalir semakin deras kala mendengar penjelasan Om Robby.

"Ya ampun Om, makasih banyak udah nyelamatin mama. Nggak ada yang salah dengan kejadian kemarin kok Om. Hana ngerti. Orang tua mana sih yang nggak mau lihat anak-anaknya bahagia. Maafin aku dan mama juga ya Om," ungkapku dalam.

"Seperti yang kamu katakan, tidak ada yang salah. Kita doakan saja semoga mama kamu segera pulih ya," ucap Om Robby.

"Aamiin, iya Om."

~ apa yaa yang akan terjadi sama mama Sur ? Biar nggak bosan, kita sambung ceritanya besok yaa.. Stay tune ~


Posting Komentar

0 Komentar