"Kamu mau main apa lagi Zi ?" tanyaku pada Zia.
"Main.. Komedi putaaarr.. !" teriak riang Zia.
Aku dan Zia segera menuju counter tiket komedi putar. Antriannya yang cukup panjang, membuat Zia bosan dan memilih untuk pergi mencari harum manis. "Hati-hati ya Zi, jangan jauh-jauh," ucapku padanya.
"Ria ?" sapa seorang lelaki yang antri tepat di belakangku, aku lalu menoleh.
"Rafli ?" ternyata aku mengenalnya, teman SDku dulu.
"Apa kabar kamu Ri ? Lama ya nggak ketemu, makin cantik aja kamu, dan lebih feminin," ungkapnya.
"Bisa aja kamu ya. Aku sehat. Udah berapa tahun ya kita nggak ketemu ? 15 tahunan kali ya," kataku yang juga sumringah.
"Iya Ri. Kebetulan ya kita bisa ketemu disini. Jangan-jangan kita jodoh," sambungnya.
Aku tersenyum, "Kamu masih tinggal Jl. Merah ? Pohon mangganya masih ada nggak ? Haha.." tanyaku lagi.
"Masih, semua masih sama, kecuali hidup aku, rasanya hilang arah sejak kamu pindah sekolah Ri," lagi-lagi dia berkalimat aneh.
"Udah deh, jangan ingat-ingat yang sedih-sedih. Kamu kesini mau senang-senang kan ? Masa mau bahas yang sedih-sedih sih. Lagian kan sekarang kita udah ketemu, benar nggak ?" ujarku menyejukkan suasana.
"Kamu masih kerja di bank Fi ?" tanyaku.
Rafli menggeleng, "Alhamdulillah, aku udah punya usaha kuliner. Udah ada beberapa cabang juga," ceritanya.
"Waah, sembaaah.." kataku seolah berbicara kepada seorang pengusaha sukses.
"Biasa aja dong Ri. Aku masih Rafli yang dulu kok, haha.. Btw, kamu masih jadi guru ?"
Akupun mengangguk yakin, "Masih dan akan terus mengabdi menjadi seorang pengajar. Kamu tahukan, itu impianku dari dulu," curhatku.
"Kamu masih kerja di bank Fi ?" tanyaku.
Rafli menggeleng, "Alhamdulillah, aku udah punya usaha kuliner. Udah ada beberapa cabang juga," ceritanya.
"Waah, sembaaah.." kataku seolah berbicara kepada seorang pengusaha sukses.
"Biasa aja dong Ri. Aku masih Rafli yang dulu kok, haha.. Btw, kamu masih jadi guru ?"
Akupun mengangguk yakin, "Masih dan akan terus mengabdi menjadi seorang pengajar. Kamu tahukan, itu impianku dari dulu," curhatku.
Terdiam sejenak.
"Kamu sendirian aja nih Fi ?" tanyaku.
"Nah, itu dia. Sejak kamu pindah sekolah, aku memang selalu sendiri, jomblo akut, haha.."
"Ih, nggak nyambung deh, haha.."
"Nggak kok, aku tadi bareng Tio, Dio sama Mama Papanya, tapi nggak tau sekarang, aku kehilangan jejak mereka," kata Rafli sambil melihat-lihat sekitar.
"Ih, nggak nyambung deh, haha.."
"Nggak kok, aku tadi bareng Tio, Dio sama Mama Papanya, tapi nggak tau sekarang, aku kehilangan jejak mereka," kata Rafli sambil melihat-lihat sekitar.
"Si kembar Tio Dio ? Eh, udah sebesar apa mereka Fi ? Pasti ganteng ya mereka."
"Iyaa.. Mereka masih sebesar biji durian kok Ri," lirik Ria, "Eh, maksudku iya mereka besarnya ganteng, kayak Oom nya dong, hehe.. " sambung Rafli keGRan.
"Apaan sih kamu Fi, dari dulu nggak ada berubahnya kamu ya, tetep aja absurd," ucapku sembari menepuk pundaknya.
"Tapi kamu suka kaann.. ??" ledeknya.
"Tuhkaan.."
Antrian telah sampai giliranku. Namun Rafli memotong antrianku.
"4 ya mas," kata Rafli.
Aku melirik Rafli, tapi tersenyum heran.
"Ayo, sekarang kita cari Tio Dio sama Papanya," lanjut Rafli.
"Eh, itu mereka bukan ?" kataku melihat dua manusia sangat mirip.
"Ah iya. TD, ayo sini. Papa kalian mana ?" tanyanya.
"Papa lagi sama mama duduk disana, capek katanya, maklum faktor U, haha.. " celetuk Tio.
Tawapun pecah antara kami berempat.
"Mmi.. Ummi.. Dicariin Ayah tuh," teriak Zia yang menghampiriku.
"Eh, iya iya bentar," responku.
"Ri, sorry banget sebelumnya. Aku nggak tau kalau kamu.. Duh, sorry banget ya Ri," ungkap Rafli berulang kali meminta maaf padaku.
"Kamu kenapa minta maaf gitu si Fi ?" tanyaku serius dan benar-benar tak tahu apa maksudnya.
"Sorry Ri, aku nggak tahu kalau kamu udah nikah dan punya anak," ungkapnya lagi.
Sontak aku terkejut dan tertawa selepas-lepasnya.
"Makin malu deh aku kalau di ketawain gini. Bodohnya aku," ujar Rafli menyesal.
Zia melihatku heran, "Eh, itu Ayah sama Ibu, Mmi," teriak Zia sembari menunjuk ke arah yang di maksud.
Raut wajah Rafli berubah drastis, "Ri, jangan bilang kamu jadi istri kedua orang itu ya ?" Rafli curiga.
Aku tertawa lagi, "Duh, amit amit deh Fi. Ayahnya Zia itu abang aku, jadi Zia ini keponakanku," jelasku.
"Harusnya aku tahu dari awal. Ya ampun Riaa.. Alhamdulillah.." sujud syukur Rafli.
Aku lagi lagi tertawa, "Ayo Fi, naik komedi putar aja biar malunya hilang, haha.." ajakku.
"Eh iya, aku beli tiket lagi ya, mumpung antriannya kosong," Rafli berlari semangat.
Aku masih sedikit menahan tawa karena kejadian hari ini.
Entah Rafli yang terlalu luas mengartikan apa yang Ia lihat, atau aku yang salah ? Karena seharusnya menjelaskan dari awal ? Haha.. Yang jelas, Rafli begitu bahagia ketika tahu bahwa aku juga masih single. Semoga jodoh. SEKIAN.
"Ah iya. TD, ayo sini. Papa kalian mana ?" tanyanya.
"Papa lagi sama mama duduk disana, capek katanya, maklum faktor U, haha.. " celetuk Tio.
Tawapun pecah antara kami berempat.
"Mmi.. Ummi.. Dicariin Ayah tuh," teriak Zia yang menghampiriku.
"Eh, iya iya bentar," responku.
"Ri, sorry banget sebelumnya. Aku nggak tau kalau kamu.. Duh, sorry banget ya Ri," ungkap Rafli berulang kali meminta maaf padaku.
"Kamu kenapa minta maaf gitu si Fi ?" tanyaku serius dan benar-benar tak tahu apa maksudnya.
"Sorry Ri, aku nggak tahu kalau kamu udah nikah dan punya anak," ungkapnya lagi.
Sontak aku terkejut dan tertawa selepas-lepasnya.
"Makin malu deh aku kalau di ketawain gini. Bodohnya aku," ujar Rafli menyesal.
Zia melihatku heran, "Eh, itu Ayah sama Ibu, Mmi," teriak Zia sembari menunjuk ke arah yang di maksud.
Raut wajah Rafli berubah drastis, "Ri, jangan bilang kamu jadi istri kedua orang itu ya ?" Rafli curiga.
Aku tertawa lagi, "Duh, amit amit deh Fi. Ayahnya Zia itu abang aku, jadi Zia ini keponakanku," jelasku.
"Harusnya aku tahu dari awal. Ya ampun Riaa.. Alhamdulillah.." sujud syukur Rafli.
Aku lagi lagi tertawa, "Ayo Fi, naik komedi putar aja biar malunya hilang, haha.." ajakku.
"Eh iya, aku beli tiket lagi ya, mumpung antriannya kosong," Rafli berlari semangat.
Aku masih sedikit menahan tawa karena kejadian hari ini.
Entah Rafli yang terlalu luas mengartikan apa yang Ia lihat, atau aku yang salah ? Karena seharusnya menjelaskan dari awal ? Haha.. Yang jelas, Rafli begitu bahagia ketika tahu bahwa aku juga masih single. Semoga jodoh. SEKIAN.
1 Komentar
Done BW nya 😇
BalasHapusHaii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!