Cerbung: Rindu, Ini Terasa Indah II



Cerbung: Rindu, Ini Terasa Indah II
“Bagas, kamu lagi cari apa?”,tanya Maya yang sedikit mengagetkannya. Aku pun jadi seperti ikut-ikutan mencari, tapi entah apa yang dicari. “Eh.. Aku lagi nyari..”, jawabnya seperti berpikir. Aku dan Maya pun menunggu apa yang akan ia jawab. “Aku lagi nyari.. Pulpen.. Iya, pulpen”, sambungnya. Aku dan Maya saling pandang dan heran. “Ya ampun Gaas.. Cuma pulpen aja. Kan bisa beli lagi. Susah amat”, ujar Maya tersenyum dan memberi solusi. Bagas hanya . “Yaudah deh, aku duluan ya May, Ndu”, pamitnya.
“May, kita bantu Bagas cari pulpennya dulu yuk. Kasian dia tuh”, ajakku. “Gak usah Ndu. Lagian kan kita mau menyelidiki surat itu”, ujar Maya yang menolak ajakanku.

Aku dan Maya pun bersembunyi dibalik pohon, sambil menunggu si pemilik surat.

Namun, lagi dan lagi, aku dan Maya melihat Bagas. Hal itu membuat aku dan Maya menjadi curiga, sangat curiga.

“Eh May, itu kan Bagas. Apa mungkin pemilik surat ini Bagas”, ungkapku memperkirakan. “Gak mungkin ah Ndu”, kata Maya. “Bisa jadi kan May”, ujarku lagi, sepertinya semakin yakin. “Loh loh, kok kamunya yakin gitu sih Ndu? Aduuh.. Aku jadi heran deh liat kamu. Udah ini surat buang aja. Ayo kita pulang Ndu”, sambil merampas surat itu dari tanganku lalu membuangnya dan menarikku untuk pulang. Sampai-sampai aku pun tak sempat untuk berbicara.

Esok paginya, aku sengaja datang lebih awal kesekolah, karena masih penasaran dengan surat yang kemarin. Namun kali ini aku tidak berangkat bersama Maya. Aku takut ia akan marah padaku.

“Semoga saja Maya tidak curiga”, batinku berharap.
Sampailah aku ditempat itu.

“Untunglah surat itu masih tergeletak disini”, ujarku, segera mengambilnya dan berjalan menuju sekolah.
“Rinduu..!!”, panggil Maya dari kejauhan. “Perasaanku sedikit tak enak, semoga saja hanya perasaan”, batinku. Aku pun menoleh, dan saat aku hendak meminta maaf, Maya mendahuluiku. “Ndu, maafin aku ya soal kejadian semalam. Aku gak bermaksud..”, aku memotong permbicaraannya. “Gak apa-apa kok May. Aku juga minta maaf ya”, ungkapku. Maya pun mengangguk dan  tersenyum. “Yuk kita masuk kelas”, ajakku.

Aku kira, Maya tidak akan bertanya tentang apa-apa padaku, ternyata aku salah.

“Kamu kenapa berangkat duluan Ndu?”, tanyanya padaku. “Hmm.. Itu tadi.. Aku..”, aku bingung mau menjawab apa dan Maya pun memotong pembicaraanku. “Jangan bilang kalau kamu ngambil surat itu lagi?”, tanyanya sedikit curiga. Aku pun tak bisa berbohong dan mengiyakan pertanyaannya. “Hmh.. Rinduu.. Rindu..”, ujarnya sambil menggelengkan kepala. “Habisnya aku masih penasaran May siapa pemilik surat itu”, jelasku. “Iyaa iya, terserah kamu aja deh”, ungkapnya memberi kebebasan padaku.

Aku sempat berpikir, kenapa ya aku sangat enggan untuk membuang surat itu? Seolah-olah hatiku kurang berkenan. Entahlah, pikirku.

Seusai jam istirahat dan aku sudah berada dibangkuku. Namun, saat ku hendak mengambil sebuah buku didalam tasku, ada amplop yang terjatuh.

“Eh, apa ini? Siapa yang meletakkan kedalam tasku ya?”, tanyaku dalam hati. “Amplop apa itu Ndu?”, tanya Maya. “Aku juga gak tau May, tiba-tiba terjatuh dari dalam tasku”, jawabku. “Ya udah Ndu, ntar aja dibacanya ya. Hari ini kan kita ada ulangan”, jelas Maya,  mengingatkanku. “Iya iya May, aku ingat kok”, sambil kuletakkan amplop tadi kedalam tasku.

Bel tanda pulang pun berbunyi. Namun, aku pulang tanpa bersama Maya, karena ia ada urusan sebentar.

Sesampainya dirumah dan selesaiku berberes-beres, aku langsung teringat oleh amplop tadi.

“Aku baru ingat. Amplop ini berwarna sama dengan amplop yang kemarin sempat kutemukan”, ucapku terheran.

Aku pun membandingkan kedua amplop itu.

“Dari segi luar sih sama persis. Tapi, apakah isinya juga sama?”, ucapku bertanya-tanya.

Tak lama, aku pun membuka amplop yang kutemukan dalam tas.

Ini aku sang pemuja..
Yang tersenyum dikala senyumanmu terukir indah bak bulan sabit..
Yang selalu memperhatikanmu disetiap arah pandanganku..
Yang bahagia melihatmu tertawa layaknya kupu-kupu yang terbang kelangit..
Dan inilah aku, pemujamu..”

Bersambung..


Posting Komentar

0 Komentar