Pertemuan Senja [Part II]





"Neera!" aku mendengar suara yang sepertinya tak asing di telinga.

Aku menoleh dengan wajah heran, "Ya."

Sambil terengah dia membungkuk mengambil nafas, "Sorry.. Aku lupa sesuatu," serunya.

"Hah, kamu lupa apa ? Memangnya tadi kamu bawa apa ya ? Sorry, aku nggak ngeh. Aduh, apa ketinggalan di pantai ya ?" aku mendadak panik.

Dia malah tertawa, "Bukan, bukan, bukan itu. Aku lupa.. minta nomor Hp kamu, boleh ?" ungkapnya sambil nyengir memperlihatkan giginya yang rapi.

Seketika kepanikan yang ku rasa berubah menjadi kelucuan yang natural, "Besok, di sini," celetukku.

Sontak ekspresi wajah heran terpancar dari wajahnya yang cukup tampan. Lalu dia tertawa kecil. Dan aku hanya senyum-senyum, sambil bersiap melaju dengan motor bebek warisan ayahku.

Ini baru hari Senin. Kebanyakan orang akan membencinya, namun tidak denganku. Karena Senin ini, aku ditugaskan oleh pak bos untuk mengadakan kunjungan ke Hotel Grand Nirah, ya hotel dimana Rendra bekerja. Tapi, aku tidak pergi sendiri, Nuel, dia yang akan menemaniku.

Perusahaanku ah maksudku perusahaan tempatku bekerja akan mengadakan seminar dalam waktu dekat. Itu sebabnya aku merekomendasikan hotel itu. Briliant!

Setelah beberapa saat bernegosiasi dengan pihak hotel, akhirnya persetujuan pun disepakati.

"El, aku ke toilet dulu ya," ujarku pada Nuel.

Dia mengangguk.

Aku berarah ke resepsionis, untuk menanyakan toilet ? Bukan, tapi..

"Permisi, mbak, kenal sama yang namanya Rendra nggak ? Dia kerja di sini."

"Mohon maaf ibu, atas nama lengkap Rendra Suryadi atau Karendra Permana ?" sontak mataku terbelalak, ekspresi berpikirpun terlihat.

"Ee.. Aduh, yang mana ya, saya taunya Rendra aja mbak," sungguh aku nyengir-nyengir di depan mbak mbak resepsionis itu.

"Coba di telpon saja ibu," ide yang bagus menurutku.

"Saya nggak punya nomornya mbak, hehe.."

"Ada apa Ra ?" seketika Nuel menghampiriku, mengagetkanku lebih tepatnya.

"Ah, nggak, nggak kenapa-napa kok. Umm.. Sebelah mana toiletnya tadi mbak ?" dan mbak mbak resepsionis itu pun lalu menunjuk ke arah selatan, ya aku bergegas pergi dari posisi memalukan itu.

Selama aku berada di hotel itu, aku tak melihat keberadaan Rendra. Mungkin dari ini jadwal dia off, pikirku.

"Ra, kita cari makan dulu ya," ajak Nuel.

"Umm.. Sorry El, Aku bawa bekal tadi, tapi aku lupa bawa sih, kita balik kantor aja ya," kataku memberi saran yang sedikit memaksa.

Dan kamipun kembali menuju kantor.

Aku dan Nuel lalu menuju pantry.

"Ra, nanti malam kamu ada acara nggak ? Aku mau ngajak kamu nonton jam 7 ini," ujarnya.

"Nggak bisa!" dengan spontan aku menjawab, "Eh, maaf maaf El, aku udah ada janji."

El tertawa kecil, "Santai dong Ra, semangat bener jawabnya."

Selesai jam kantor, aku bergegas menuju pantai.

"Aku duluan ya, daa semuaa.." pamitku pada teman-teman kantor.

"Hati-hati Ra," teriak Nuel.

Sampailah aku dipantai, tepat di tempat dimana aku dan Rendra bertemu.

"Neera!" suara Rendra terdengar jelas memanggilku.

"Hai! Kok kamu pucat gitu ? Kamu sakit ya ?" tanya agak panik.

"Hehe.. Sakit dikit aja kok. Makanya aku nggak masuk kerja tadi," jelasnya.

"Oo.. Pantes tadi aku nggak lihat kamu di hotel," yah, aku keceplosan.

"Lho, memangnya kamu mampir ke hotel tadi ?" tanyanya semangat.

"Hehe, iya tadi ada tugas dari kantor. Jadi kantor mau bikin seminar pelatihan gitu. Terus aku rekomendasiin hotel kamu deh. Nggak apa-apakan ?" jelasku sejelas sejalanya.

"Ooh.. Ya nggak apa-apalah. Tapi tadi aku kira kamu ke hotel khusus nyari aku, hehe.. GRan aku ya," katanya sambil garuk-garuk kepala.

"Btw, kamu nggak harus ke sini lho kalau lagi sakit, jangan dipaksain gitu," ucapku.

"Aku kan belum dapat nomor Hp kamu, masa udah di suruh pulang sih," serunya dengan gaya sok lemas.

Aku tertawa kecil, "Aku kan nggak nyuruh pulang. Yaudah deh, karena kamu udah bela-belain datang ke sini. Ini, aku udah tulis tadi di kantor," kataku sambil memberinya secarik kertas bertuliskan nomor Hp-ku.

"Alhamdulillaaahhh, terima kasih Ya Allah, makasih banyak ya Neera. Kalau gitu, kita lanjut telponan boleh ? Udah hampir manghrib juga nih.

Aku mengangguk tersenyum.

"Kamu duluan deh Neera, aku naik ojol, hehe.."

"Benar nih nggak apa-apa ? Yaudah, aku duluan ya.. Daa.." pamitku padanya.

Ku lihat dari spion, dia semangat melambaikan tangannya padaku.

~ bersambung lagii.. Jangan bosen dulu yaa.. ~


Posting Komentar

0 Komentar