Flash Back: Haii, Selamat Tinggal




Dari sekian banyak pria, aku suka dia. Dia berbeda dari yang lainnya. Dia dewasa. Bijaksana. Posturnya yang tinggi berharap bisa memperbaiki keturunan, sampai latar belakang keluarganya yang hampir sama dengan keluargaku.

(Tertawa) Pertemuan kami pun penuh dengan drama, tapi semua berjalan natural, tanpa adanya kepura-puraan. Sungguh, dia sungguh berbeda.

Berjalan bersama, mulai dari nonton konser, terutama event soundrenaline. Dan sama sekali nggak pernah nonton bioskop, karena katanya, "aku selalu ketiduran kalau nonton bioskop," yaah..

Sampai pada suatu ketika, dia jujur tentang sesuatu. Teringat dengan jelas, saat dia mentraktirku makan bakso terenak dekat sekolahku. Dia bilang, bahwa niatnya dari awal mengenalku, hanyalah sebuah pelampiasan semata. Pergi sejenak dari sang mantan yang memutuskannya. Kesal, padahal masih sayang.

Saat mendengar pengakuannya itu, bakso yang sudah terlanjur masuk dalam mulutku, hampir saja tertelan bulat-bulat.

Bagaimana perasaanku ? Kamu nggak mikir sejauh itu ?! Seenaknya saja mempermainkan hati. Dan dia mulai berkelit, bahwa niat itu telah hilang. Lenyap terbawa arus. Dan mencoba menahanku untuk tetap tinggal.

Semudah itu memulai ucapan.. Atau karena kasihan ? Kasihan dengan perasaan yang telah ku bangun dalam ? (Tertawa)

Apa memang aku yang terlalu berharap ? Terlalu mudah di rayu ? Dasar bodoh.

Dan akhir yang lebih pahit setelah kami berpisah kurang dari satu bulan.. Dia menikah dengan sang mantan.

*basedontruestory*


Posting Komentar

0 Komentar