Cerpen: Hot Chocolate



Cerpen: Hot Chocolate

Waktu itu, entah pukul berapa, hari apa dan entah dimana, yang paling jelas teringat

adalah tatapannya, seperti pertama kali bertemu. Hanya saja dia terlihat berbeda, lebih memukau, semakin dan bahkan sangat, benar-benar amazing yang kurasa. Tapi aku harus tetap sadar, jangan sampai terbang melayang entah kemana.

Terdiam.

"Arinda..." ucapnya pelan.
"Hai... Apa kabar?" tanyaku seolah tenang, padahal di dalam perasaan kacau balau.

"Aku... Baik. Kamu...?" tanyanya.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

Diam (lagi)

Aku masih berusaha terlihat tenang dihadapannya,

"Ehm... Kamu... lagi apa?"

"tuh kan... salah umpan, udah jelas-jelas dia lagi mau pesan minum," batinku gaduh.

Dia hanya tersenyum kecil dan aku tahu artinya, sangat tampan.

"1 Milk Shake sama Hot Chocolate, " pesannya.

"Hot Chocolate?? Omaigad! Dia masih ingat kesukaanku," pikirku.
Sambil menunggu pesanannya siap saji, sejenak kami larut dalam cerita masa lalu, ya masa lalu yang harus di garis bawahi, kalau perlu pakai spidol merah biar jelas. Tetapi ini bukan saat yang tepat untuk kembali bernostaligia. 

"Masih sendiri?" tanyanya menjurus atau mungkin menyindir, tapi tetap saja aku tidak bisa menuduhnya yang bukan-bukan hanya karena sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak mau ku jawab.

Dan untuk yang kedua kalinya aku menganggukkan kepala.

Baca juga Puisi: Mencoba Lupakan

Andro-ku berdering.

"Ya Mel, bentar lagi aku ke kantor, "

"Cepatan Ar... " jawab sahabatku, Amel di ujung telpon.


"Buru-buru ya Nda?" tanyanya sambil membawa pesanan miliknya.

"Ehm.. Ng... " sepertinya perasaanku tidak enak, mendadak suhu ruangan kafe menjadi hangat. 

"Haikal...!! " panggil seorang perempuan cantik, sepertinya... Aku tak mau berpikir jauh.

Haikal menyambut panggilannya dengan lambaian tangan.

"Nda, aku duluan ya. Satu hal, hari ini, aku senang ketemu kamu, " ujarnya dengan menambahkan senyuman khas wajah tampannya.

Dan itu adalah kalimat terakhir yang aku dengar dari bibirnya. 

Cukup, aku sudah bisa menebak adegan ini.


Terima kasih waktu
Batin yang ada seakan runtuh
Bukan karena bertemu
Hanya saja tak sempat mengucap Rindu...


Posting Komentar

4 Komentar

  1. Hiks...tegar bgt y Nda #mbrebesmiliairmata ^^

    lanjut trs nulisnya >_<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus dong, masih banyak lelaki lain, haha..

      Makasih udah mampir..

      Hapus
  2. Endingnya bikin nyeseek yaak.

    BalasHapus

Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih, sampai jumpa!