Pertemuan Senja [Part IV]




Tak lama berselang, Rendra pun tiba di kediamanku, dengan membawa sekeranjang buah, yang telah dibungkus cantik.

"Assalamu'alaikum. Eh, astaga, sorry sorry aku lupa, aduuh.."

Aku tertawa kecil, "Nggak apa-apa kok Ren. Ayo masuk, sini duduk. Sorry ya, aku makan sendiri, barusan teman kantor yang bawain. Eh, aku ambil minum dulu ya, bentar bentar.."

"Makasih banyak Neera. Rumah kamu asyik ya. Kamu tinggal sendiri ?" tanyanya dengan gaya suara yang khas.

"Iya aku sendiri. Orang tua tinggal di Manado."

"Ooh.. Eh, ini aku bawain buah buat kamu, dimakan ya, biar cepat sembuh, biar segar. Terus sekarang kamu udah sehat ?"

"Udah mendingan kok."

"Syukurlah. Eh, bentar ya, aku angkat telpon dulu." "Halo Nu, ada apa ? Oh, iya iya.. Sebentar lagi aku ke sana ya."


"Neera.. Aku balik dulu ya. Kamu sehat-sehat ya, biar kita bisa lihat sunset lagi, hehe.."


Lagi-lagi aku hanya kuat tersenyum dan lalu melambaikan tangan pada Rendra.

Sebenarnya, aku masih memikirkan ucapan Nuel tadi. Apa yang harus aku lakukan ?

Besok paginya aku kembali bekerja. Memang sih, badan belum pulih benar. Dan aku telah disambut oleh Nuel. Wajahnya begitu sumringah.

"Selamat pagi Neera..! Puji Tuhan, kamu sudah sehat. Semanagat yaa.." seru Nuel sangat bersemangat.

"Apaan sih kamu El, haha.. Udah ah, kerja kerja.." ujarku tertawa.

Sepanjang hari, Nuel bersikap sangat baiik padaku, dan sedikit romantis. Seperti pagi tadi, di meja kerjaku ada setangkai bunga mawar merah, dan ada pesan di secarik kertas yang menempel di bunga itu, tertulis, "Will you merry me ?". Dan tanpa sadar, aku tersenyum. Lagi lagi aku terpikir tentang perkataannya tempo hari.

"Ra, kamu bawa bekal ?" tanya Nuel sesaat sebelum makan siang tiba.

Aku mengangguk, "Bawa. Kenapa El ?"

"Kita makan bareng ya, aku juga bawa bekal, hehe.. Ok Ra, sampai nanti," katanya menjelaskan, dan lalu tersenyum berlalu.

Siangpun tiba. Aku dan Nuel telah berada di pantry.

Tiba-tiba Hp-ku berdering, "Halo.."

"Halo Neera, kamu udah istirahat ? Aku mau ngajak makan siang bareng, mau nggak ? Aku udah didepan lho," sontak saja aku terkejut mengetahui Rendra sudah di depan kantor.

"Hah! Hmm.. Sorry Ren, aku bawa bekal, ni baru mau makan bareng teman-teman. Umm.. Lain waktu aja ya Ren, sorry..." ujarku menjelaskan perlahan.

Rendra tertawa, "Kamu ngapain minta maaf, nggak apa-apa kok. Aku cuma bercanda kalau udah di depan kantor kamu. Yaudah deh, selamat makan Neera.." seru Rendra dengan lapang dada.

Aku pun menutup telponnya.

"Siapa Ra ?" tanya Nuel.

"Oh, teman," aku merasa tak enak pada Rendra, namun di satu sisi, aku juga tak enak hati pada Nuel, haahh.. Serba salah gini jadinya.

"Ra, kamu masak sendiri ya ?" Aku mengangguk, "Aku nyicip boleh ?" lanjutnya, aku pun menyodorkan tempat makanku, "Ya ampun, enak sekali Ra. Aku mau lho di masakin tiap hari sama kamu, hehe.."

Aku benar-benar melihat sisi lain dari Nuel. Selama ini, aku melihatnya sebagai lelaki yang kaku dan nggak romantis sama sekali. Tapi ternyata aku salah. Mungkin dia hanya jaim, haha..

"Ada-ada aja sih kamu El."

Waktu berlalu begitu cepat. Saat jam pulang, Nuel mencoba bersikap romantis, lagi.

"Ra, aku antar kamu pulang ya, sebentar lagi hujan lho, aku udah prediksi tadi malam," jelas Nuel.

"Aduh, nggak usah El. Aku kan Bawa motor. Kalau kamu antar aku, ntar motorku di tinggal dong."

"Hei, Ra.. Besok aku bakal jemput kamu. Lagian, besok kan libur tanggal merah," ah iya ya, aku lupa, batinku.

"Udah ayoo.." dia menarik tanganku, lalu berjalan menuju mobilnya yang terparkir di depan kantor.

Benar-benar satu hari ini sikap Nuel beda 180 derajat. Entahlah, sepertinya aku bakal pusing akan menjawab apa sebelum dia pergi nanti.

~ sstt.. akan ada 2 part lagi ya, stay tune.. !! ~


Posting Komentar

0 Komentar