Cerbung: Sebuah Rencana (I)



Cerbung: Sebuah Rencana (I)
“Kaos, celana dan temen-temennya udah, sendal jepit juga udah, hmm.. Ok sip, udah beres semua. Besok tinggal berangkat deh”, ujar Shasy yang hendak berlibur, dan hanya sendiri.

Shasy sengaja pergi berlibur sendiri tanpa ditemani kedua orang tuanya atau pun teman-temannya. Dia ingin melepas penat sejenak disebuah tempat yang jauh dari keramaian.

“Kamu yakin mau pergi sendiri Sayang?”, tanya sang mama.
“Yakin banget maa”, jawabnya.
“Ntar hati-hati disana ya sayang. Hubungi mama sama papa kalau ada apa-apa”, ujar mama yang sangat cemas karna kepergian Shasy.
“Mamaa.. Aku bisa jaga diri kok. Lagiankan aku gak bakal lama liburannya. Cuma empat hari eh lima deh, hehe”, serunya.

Shasy adalah anak tunggal, maka tak heran kalau kedua orang tuanya sangat mencemaskan keadaannya jika berada diluar sana.


Pagi pun datang.


“Aku pergi ya ma, pa. Pokoknya aku bakal baik-baik deh selama liburan disana. Dan gak bakal lupa untuk terus calling mama papa”, ujarnya menjelaskan.
“Iya sayang. Hati-hati ya nak”.
“Siap grak papa! Hehe”.


Shasy pun lalu memeluk mama dan papanya. Pelukan erat dan tangisan dari sang mama sedikit menahan Shasy.


“Aduuh.. Mama jangan nangis gitu dong. Shasy pergi kan gak lama dan gak baru ini aja kan Shasy pergi sendiri ma. Tuh kan, jadi ikut sedih deh akunya”, dengan mata berkaca-kaca Shasy memeluk erat sang mama.
“Abis kamunya maksa banget pergi sendiri, gimana mama gak sedih sayang”.


Sang papa malah tertawa melihat mereka berdua.


“Tuh liat, papa malah senyum-senyum ma. Berartikan papa udah bisa ngelepas anak gadis satu-satunya untuk berlibur sendiri. Ya gak pa?”, ujarnya yang merangkul mama sambil melirik sang papa.
“Ya bukan berarti papa gak khawatir sama kamu. Yaudah gih berangkat. Ntar ditinggal lagi sama bis-nya”, seru papanya yang sedikit menenangkan hati sang mama.


Tak lama kemudian ia pun berlalu menuju berangkat. Dengan menyandang tas punggung yang tak begitu besar.


Shasy itu gadis tomboy yang suka berpetualang kalau libur semester tiba. Tapi jarang bersama teman-temannya, ia lebih suka menyendiri, tapi bukan berarti ia tak punya teman, memang begitulah sifatnya dari dulu, kedua orang tuanya juga mengakui itu, termasuk sahabat baiknya, Sandra. Dan untungnya Sandra sangat mengerti sifat sahabatnya itu. Dan Shasy akan selalu mengingat perkataan penting Sandra, “Shasy, aku bolehin kamu menyendiri, menenangkan pikiran atau apapun itu, tapi kamu harus tetep inget sama aku ya Shas, tetep cerita sama aku, dan aku akan selalu ada untuk kamu”.


“Halo San”.
“Halo Shas. Kamu udah dimana? Hati-hati perginya ya”, terdengar suara Sandra diujung telepon yang seperti tak ingin sahabatnya itu kenapa-kenapa.
“Ya ampuun.. Kamu itu panikan banget deh. Ini aku baru mau berangkat”, jawab Shasy.
“Yaudah, baik-baik kamu disana ya. Jangan lupa kabarin aku sama papa mama kamu yang terpenting”.
“Iya Sandra sayang. Aku pergi ya”, pamit Shasy.

Bersambung 》


Posting Komentar

0 Komentar